Distribusi THK: Dompet Dhuafa Sasar Masyarakat Desa Padas yang Terkena Kemarau Panjang
![Distribusi THK: Dompet Dhuafa Sasar Masyarakat Desa Padas yang Terkena Kemarau Panjang](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/06/2JuniIF-DDkemarauthkgrobogan.jpg)
Distribusi THK: Dompet Dhuafa Sasar Masyarakat Desa Padas yang Terkena Kemarau Panjang
GROBOGAN, JAWA TENGAH – Desa Padas, Grobogan, telah mengalami kemarau panjang selama tiga bulan, mengakibatkan sungai-sungai kering dan tanah pecah-pecah. Situasi ini menjadi bencana bagi para petani jagung di desa tersebut, termasuk Lawiyah (63). Ujar Tim Dompet Dhuafa.
Pada Rabu (22/5/2024), Tim Dompet Dhuafa menghabiskan sekitar tiga jam perjalanan dari Kota Semarang untuk mencapai rumah Lawiyah. Kami menggunakan mobil hingga Desa Padas, kemudian beralih ke kendaraan bermotor untuk melintasi sungai, ladang jagung, dan jalan berbatu yang menanjak.
Saat menyusuri lahan jagung menuju kediaman Lawiyah, Yusuf Amukhti, Staf Layanan Program Dompet Dhuafa Cabang Jateng, mengungkapkan bahwa Desa Padas, yang terletak di Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, merupakan salah satu desa 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Kondisi desa ini semakin parah dengan datangnya musim kemarau selama tiga bulan. Oleh karena itu, Dompet Dhuafa menetapkan Desa Padas sebagai salah satu target distribusi daging kurban pada Iduladha 1445 H.
Sesampainya di rumah Lawiyah, rasa lelah kami terbayar dengan senyumnya. Namun, senyumnya segera hilang digantikan kekhawatiran saat ia menceritakan dampak kemarau panjang pada panen jagungnya yang tidak menentu. Selain itu, Lawiyah tidak dapat menikmati sepenuhnya hasil panennya karena lahan yang ia tanami adalah sewaan dari Perhutani.
“Untuk bertahan hidup, saya bertani dan mengirim hasil panen jagung ke kota. Penghasilan saya bergantung pada hasil panen, yang sering tidak menentu. Tahun lalu gagal panen karena tanaman dimakan ular. Tahun ini pun hasilnya tidak bagus karena kemarau. Anak saya yang seharusnya bekerja di luar, jadi harus membantu saya di sini,” cerita Lawiyah dengan suara parau.
Lawiyah dan keluarganya bertahan hidup dengan mengonsumsi nasi berlauk daun singkong rebus. Sesekali, mereka bisa menikmati tahu dan tempe untuk memenuhi kebutuhan protein. Konsumsi daging hampir tak pernah terjadi. Pada Iduladha 1444 H, Dompet Dhuafa berhasil mendistribusikan daging kurban ke desa mereka, dan itulah momen pertama kali Lawiyah menikmati daging kambing.
“Seringnya kami makan daun singkong. Kalau punya uang, saya beli tahu tempe. Untuk makan daging ayam, saya harus menabung dulu. Saya pertama kali makan daging kambing saat Dompet Dhuafa mengirim daging kurban tahun lalu. Terima kasih Dompet Dhuafa sudah membantu kami, saya sangat senang dapat daging kurban,” ucap Lawiyah dengan mata berkaca-kaca.