Buya Anwar Abbas: Demi Keselamatan, Jemaah Lansia dan Risti Disarankan Langsung ke Mina
![Buya Anwar Abbas: Demi Keselamatan, Jemaah Lansia dan Risti Disarankan Langsung ke Mina](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/06/13JuniIF-Anwarabashaji-1024x576.jpg)
Buya Anwar Abbas: Demi Keselamatan, Jemaah Lansia dan Risti Disarankan Langsung ke Mina
INFOFILANTROPI.COM, Makkah – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Anwar Abbas menyarankan agar jemaah haji lansia dan risiko tinggi (risti) dapat melanjutkan perjalanan haji mereka langsung dari Arafah ke Mina, tanpa harus berhenti di Muzdalifah. Hal ini disampaikan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan jemaah.
Setelah meninjau kesiapan sarana prasarana di Arafah, Muzdalifah, dan Mina bersama Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas serta para Amirul Hajj, Buya Anwar Abbas yang juga merupakan Naib Amirul Hajj 1445 H/2024 M, menilai bahwa skema ini sangat tepat demi keselamatan jemaah.
“Saya pernah haji tahun 2008 dan 2019, dan saat itu Muzdalifah masih luas. Tapi sekarang, dengan banyaknya bangunan, termasuk toilet yang baru dibangun, area ini tidak lagi mampu menampung semua bus yang datang dari Arafah,” ungkap Anwar Abbas pada Selasa (11/6/2024).
“Kesimpulan saya, tidak mungkin semua bus bisa berhenti di sini. Oleh karena itu, diperlukan ijtihad ulama, dan MUI sudah mengeluarkan fatwa. Jemaah yang sakit dan berisiko tinggi sebaiknya langsung ke Mina, berangkat pada pukul 19.00 malam,” lanjut Buya Anwar.
Buya Anwar menekankan pentingnya menjaga keselamatan diri, yang menjadi salah satu tujuan dalam maqashid syariah. “Dalam maqashid syariah, ada hifdzunnafs, yaitu menjaga keselamatan jiwa. Jadi, skema murur ini patut dipilih untuk menjaga keselamatan jemaah,” ujarnya.
Program murur yang disiapkan pemerintah akan memberangkatkan jemaah lansia, jemaah berisiko tinggi, dan pendamping mereka dari Arafah langsung ke Mina mulai pukul 19.00 malam. Buya Anwar menilai langkah ini sah dan sesuai dengan situasi serta kondisi saat ini.
“Kondisi sekarang tidak memungkinkan untuk semua jemaah berhenti di Muzdalifah. Dengan mempertimbangkan luas area dan jumlah jemaah, skema ini adalah solusi yang tepat,” kata Buya Anwar.
Kementerian Agama (Kemenag) sebelumnya telah menggulirkan rencana pola mabit di Muzdalifah dengan skema murur sebagai bagian dari mitigasi keterbatasan ruang di Muzdalifah, terutama setelah dibangunnya toilet yang memakan lahan seluas dua hektar.
Data Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menunjukkan bahwa area Muzdalifah yang diperuntukkan bagi jemaah haji Indonesia seluas 82.350 m². Pada 2023, area ini ditempati sekitar 183.000 jemaah haji Indonesia yang terbagi dalam 61 maktab, dengan setiap jemaah mendapatkan ruang sekitar 0,45 m². Tahun 2024, seluruh jemaah Indonesia yang berjumlah 213.320 orang dan 2.747 petugas haji akan menempati seluruh area Muzdalifah, yang kini juga digunakan untuk pembangunan toilet seluas 20.000 m². Akibatnya, setiap jemaah hanya mendapatkan ruang sekitar 0,29 m².
Karenanya, mabit Muzdalifah dengan skema murur menjadi solusi untuk mengurangi kepadatan. Pemerintah menargetkan 55 ribu jemaah haji Indonesia akan menggunakan skema ini, yaitu bermalam dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah wukuf di Arafah. Jemaah tetap berada di atas bus yang langsung membawa mereka ke Mina, tanpa turun dari kendaraan