Keberkahan Menjadi Tamu Allah: Kisah Perjalanan Haji UPG 05

Keberkahan Menjadi Tamu Allah: Kisah Perjalanan Haji UPG 05

Keberkahan Menjadi Tamu Allah: Kisah Perjalanan Haji UPG 05

INFOFILANTROPI.COM, Alhamdulillah, kami dari kloter 5 Embarkasi Makassar (UPG 05) tiba dengan selamat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, pada Kamis (27/6/2024). Kebahagiaan tampak jelas di wajah para jemaah haji saat mereka tiba di asrama haji. Canda tawa dan kegembiraan mewarnai suasana di aula.

Selama 42 hari, kami meninggalkan keluarga, pekerjaan, dan kampung halaman untuk menjadi tamu Allah, dluyufurrahman. Labbaikallaahumma labbaik, kami datang memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah. Kami diundang dan dijamu oleh-Mu.

Alhamdulillah, pelayan yang Engkau pilih untuk melayani kami sungguh luar biasa. Mereka bekerja tanpa lelah, tanpa mempedulikan teriknya matahari, selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik. Mereka menganggap kami seperti saudara, ayah, dan ibu dalam satu keluarga besar.

Makanan yang disediakan sesuai dengan selera kami dan melimpah. Ada juga hotel yang nyaman untuk beristirahat. Jika ada jemaah yang tersesat, mereka diarahkan dan dijemput. Orang tua disuapi seperti menyuapi orang tua sendiri. Mereka diperlakukan dengan kasih sayang dan perhatian. Banyak hal luar biasa yang dilakukan oleh para pelayan Allah ini selama kami memenuhi undangan-Nya.

Mereka bukanlah Dajjal yang ingin merusak kami. Mereka adalah orang-orang terpilih untuk melayani tamu-tamu Allah. Mereka diundang oleh-Nya untuk melayani para tamu-Nya di tempat yang dipilih oleh-Nya, di lembah yang tandus namun penuh berkah.

Bukan Raja Saudi yang mengundang kami. Bukan juga Masyariq yang memanggil kami. Bukan pemerintah kami yang menjamu kami. Tapi Allah-lah yang mengundang, memanggil, dan menjamu kami.

Namun, mereka semua adalah orang-orang yang beruntung, dipilih, dan mungkin saja dilahirkan di muka bumi ini untuk menjadi “Pembantu Allah” dalam melayani para tamu-Nya. Mereka berpikir untuk kami, berkeringat untuk kami, melayani dengan sepenuh hati. Semata-mata karena tanggung jawab sebagai pembantu Allah sekaligus pelayan bagi kami. Bagi kami, mereka adalah malaikat yang berbentuk manusia.

Kami, UPG 05, di awal keberangkatan menjadi berita, baik di media sosial maupun media lainnya, karena pesawat yang kami tumpangi harus kembali mendarat akibat salah satu mesin terbakar. Orang-orang menghibur kami bahwa ini adalah ujian. Bagi kami, ini bukan ujian, tapi hidangan pembuka dari sekian banyak jamuan yang disiapkan oleh Allah SWT. Bukan ujian kesabaran atau keikhlasan, tapi merasakan indahnya kesabaran dan keikhlasan.

Alhamdulillah, setelah itu kami mendapat jamuan dan layanan yang sangat memuaskan, mulai dari petugas yang luar biasa, bus VIP, hotel yang nyaman (tersedia kopi, teh, dan susu gratis selama 24 jam), makanan yang melimpah dan sesuai selera, serta tenda yang luas di Arafah, karpet mewah di Muzdalifah. Di Mina, meski banyak yang mengatakan sempit, kami alhamdulillah bisa tidur nyenyak dalam tenda dengan kasur dan bantal yang nyaman. Yang terpenting, kami dapat melaksanakan seluruh rangkaian ritual ibadah dengan mudah dan lancar.

Itulah jamuan Allah beserta para pelayan-Nya kepada kami. Jika ada yang marah atau tidak puas dengan jamuan-Nya, marilah memperbanyak istighfar. Karena yang engkau marahi adalah pelayan-Nya Allah serta jamuan Sang Maha Pemberi segala-galanya untukmu.

Bukankah ibadah haji adalah urusan privasi kepada Allah yang treatment-nya bersifat personal? Bukankah ada jemaah yang membayar mahal hingga ratusan juta, tapi busnya terlambat menjemput? Atau ada yang tidur nyenyak di dalam tenda, sementara yang lain dengan strata sosial lebih tinggi tidur di luar tenda? Itulah treatment Allah yang berbeda-beda kepada tamu-Nya yang diundang.

Sang Maha Berkehendak tidak mengenal strata sosial, jabatan, harta, dan lainnya. Tapi Sang Mahakuasa berkehendak sesuai keinginan-Nya.

Apalagi, Allah sudah mengingatkan kita semua dari awal pada 1400 tahun yang lalu bahwa dalam berhaji tidak boleh rafas, berbuat fasik, serta berbantah-bantahan.

Allah berfirman, ٱلْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَٰتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ ٱللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. (QS Al-Baqarah: 197)

Bukalah mata dan hati. Mungkin yang mendapat treatment dari Allah hanya sedikit orang, lalu digeneralisir seakan-akan semua jemaah mendapat treatment yang sama. Jangan hanya melihat batu cadas di lembah yang tandus (Makkah dan Madinah), tapi lihatlah bahwa pada lembah yang tandus terdapat keberkahan, kenikmatan, dan harapan, serta kebahagiaan dunia akhirat.

Pahala haji mabrur balasannya adalah surga. Baiti jannati, lingkungan kantor, sampai dengan surga yang sesungguhnya.

Zulkifly Hijaz (jemaah haji 2024, UPG 05)