Menilik Hotteok, Camilan Korea yang Tengah Viral dan Populer di Indonesia
![Menilik Hotteok, Camilan Korea yang Tengah Viral dan Populer di Indonesia](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/08/18AgustusIF-Hotteok.webp)
Dok. Halalmui.org
INFOFILANTROPI.COM, Hotteok, jajanan kaki lima khas Korea Selatan, menjadi camilan favorit selama musim dingin. Dengan bentuk bulat dan isi sirup gula merah di bagian tengahnya, hotteok dikenal karena teksturnya yang kenyal dan lembut, menjadikannya pilihan populer di kalangan banyak orang. Namun, seiring dengan popularitasnya, muncul pertanyaan mengenai status kehalalannya.
Asal-Usul Hotteok: Perjalanan dari Cina ke Korea
Secara etimologi, kata “Hotteok” berasal dari dua unsur, yakni “Ho” yang merujuk pada suku bangsa di wilayah Tiongkok Barat/Utara, dan “Tteok” yang berarti kue beras. Makanan ini awalnya dibawa ke Korea oleh tentara dari Cina. Pada tahun 1882, ketika terjadi Insiden Imo di Seoul, tentara Dinasti Qing dikirim ke Kerajaan Joseon. Setelah insiden tersebut, banyak dari mereka menetap di Korea, meninggalkan tanah air mereka yang sudah tidak layak dihuni.
Di Korea, mereka mulai berjualan makanan ringan, seperti mandu (pangsit) dan hotteok. Hotteok versi Cina pada awalnya berisi daging, daun bawang, dan makanan laut. Namun, seiring waktu, hotteok ini mengalami modifikasi untuk menyesuaikan dengan lidah masyarakat Korea. Menurut kocis.go.kr, hotteok pada awalnya dipanggang di atas api unggun, namun pada tahun 1970, dengan diperkenalkannya minyak goreng secara massal, camilan ini mulai digoreng.
Hotteok dan Korean Wave di Indonesia
Popularitas hotteok di Indonesia semakin meningkat seiring dengan berkembangnya Korean Wave yang meliputi K-Pop dan K-Drama. Budaya Korea, termasuk makanan khasnya, telah menarik minat masyarakat Indonesia. Mengutip luarsekolah.com, berbagai merek e-commerce di Indonesia turut memanfaatkan fenomena ini dengan menggandeng artis Korea sebagai brand ambassador, yang secara tidak langsung memengaruhi popularitas makanan Korea, termasuk hotteok, di kalangan masyarakat lokal.
Salah satu restoran yang sukses memanfaatkan tren ini adalah Dan Bam, yang menarik pelanggan dengan menampilkan stiker artis K-Drama ternama seperti Kim Soo Hyun, Park Seo-joon, dan Hyun Bin. Harga hotteok di restoran tersebut pun terjangkau, yakni sekitar Rp 35.000 hingga Rp 69.000 per porsi . Hotteok kini tidak hanya dijual dalam bentuk siap santap (ready to eat), tetapi juga tersedia dalam bentuk premix siap masak (ready to cook) di berbagai marketplace online.
Perpaduan Rasa yang Unik: Lembut di Dalam, Renyah di Luar
Menurut Kompas.com, hotteok memiliki bentuk bulat dan tebal, mirip dengan pancake, namun dengan ukuran yang lebih besar dibanding pancake ala barat. Hotteok menawarkan kombinasi tekstur yang unik—bagian luarnya renyah dan gurih, sementara bagian dalamnya manis dan lembut .
Camilan ini cocok disajikan di segala musim, baik untuk memberikan kehangatan di musim dingin, maupun dinikmati dalam suhu ruangan selama musim panas. Kemudahan untuk menemukan hotteok di berbagai tempat, mulai dari pedagang kaki lima hingga restoran khusus, turut menjadikannya sebagai camilan favorit di Korea. Dengan harga yang relatif terjangkau, hotteok tidak hanya menjadi pilihan camilan yang ekonomis, tetapi juga memiliki nilai budaya yang kuat, sering kali dihidangkan dalam perayaan atau festival.
Bahan-Bahan dan Proses Pembuatan
Berdasarkan informasi dari mykoreankitchen.com, adonan hotteok dibuat dari campuran tepung terigu, garam, gula, ragi, susu, dan minyak goreng. Untuk isian manis, digunakan bahan seperti gula merah, kayu manis, dan kacang. Proses pembuatannya cukup sederhana: tepung dan bahan lainnya diaduk hingga menjadi adonan, kemudian difermentasi hingga adonan mengembang. Setelah itu, adonan dipipihkan dan diisi dengan campuran gula merah sebelum digoreng hingga matang.
Kehalalan Hotteok: Apa yang Perlu Diperhatikan?
Meskipun bahan dasar hotteok terlihat sederhana, ada beberapa hal yang perlu dicermati terkait kehalalannya. Berikut adalah beberapa bahan yang mungkin menjadi perhatian:
- Tepung Terigu
Tepung terigu biasanya dibuat dari gandum yang pada dasarnya halal. Namun, proses fortifikasi tepung dengan vitamin dan mineral dapat menjadi titik kritis kehalalan. Beberapa zat fortifikasi, seperti L-sistein yang sering digunakan sebagai pelunak adonan, bisa berasal dari bahan-bahan haram seperti rambut manusia atau bulu binatang. - Gula
Proses pemurnian gula, terutama penggunaan karbon aktif sebagai agen filtrasi, juga perlu diperhatikan. Karbon aktif bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk tulang hewan yang mungkin tidak halal. - Ragi
Ragi yang digunakan dalam adonan hotteok adalah hasil fermentasi mikroorganisme, dan media yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme tersebut harus dijamin kehalalannya. - Minyak Goreng
Proses pengolahan minyak goreng juga melibatkan beberapa langkah yang mungkin berpotensi merusak status kehalalan, seperti penggunaan karbon aktif dan zat tambahan lainnya yang mungkin berasal dari sumber tidak halal. - Isian Hotteok
Versi hotteok yang lebih modern sering kali menggunakan isian daging. Jika demikian, perlu dipastikan bahwa daging yang digunakan berasal dari hewan yang disembelih sesuai syariat Islam.
Berhati-Hati dalam Memilih Produk Hotteok
Sebelum membeli produk hotteok, konsumen Muslim disarankan untuk lebih berhati-hati dan memeriksa informasi terkait kehalalan produk tersebut. Sebagai contoh, premix hotteok yang dipasarkan oleh Cj Beksul di Indonesia ternyata bersinggungan dengan bahan turunan babi, sehingga produk ini tidak halal .
Memastikan kehalalan makanan yang dikonsumsi bukan hanya menjaga kualitas ibadah, tetapi juga melindungi konsumen Muslim dari hal-hal yang dilarang dalam syariat Islam.