Tantangan Guru Madrasah di Era AI: Peningkatan Kompetensi Digital dan Kritisnya Siswa

Tantangan Guru Madrasah di Era AI

Tantangan Guru Madrasah di Era AI

INFOFILANTROPI.COM, Palu – Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) madrasah dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks di era Artificial Intelligence (AI), terutama dalam hal penguasaan kompetensi digital dan menghadapi siswa yang semakin kritis.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur GTK Madrasah, Thobib Al Asyhar, saat memberikan pengarahan kepada 300 kepala madrasah, guru, dan pengawas madrasah di Kota Palu, Jumat (23/8/2024). Dalam kesempatan tersebut, Thobib menekankan pentingnya bagi para GTK untuk terus mengasah kemampuan digital agar tidak tertinggal dari peserta didiknya yang semakin cerdas.

“Sebagai kepala madrasah, guru, dan pengawas, penting untuk selalu meningkatkan kompetensi digital di tengah pesatnya perkembangan AI. Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang sudah dimiliki. Kita harus terus belajar dan beradaptasi agar tidak kalah cepat dengan kemampuan siswa,” ujar Thobib dengan tegas.

Thobib juga mengingatkan bahwa generasi siswa saat ini sangat kritis dan penuh rasa ingin tahu. Ketika mereka bertanya kepada guru, seringkali bukan karena mereka tidak tahu, melainkan untuk menguji sejauh mana guru menguasai materi.

“Guru harus menyadari bahwa di era teknologi ini, pertanyaan dari siswa tidak selalu berarti ketidaktahuan. Sering kali mereka ingin melihat seberapa dalam pengetahuan yang kita miliki. Jika kita asal menjawab tanpa dasar ilmu yang kuat, bisa berbahaya, karena siswa generasi Z dan alpha sangat familiar dengan dunia digital,” jelas Thobib.

Ia juga mendorong para guru untuk terus belajar dan berkembang, menjadi pembelajar sepanjang hayat. “Jangan pernah berhenti belajar. Jika guru berhenti berkembang, maka pendidikan madrasah akan stagnan dan tertinggal jauh,” tambahnya. Sebagai dosen di bidang Psikologi Sufistik pada Kajian Timteng dan Islam SGSK Universitas Indonesia, Thobib juga menekankan pentingnya pendidikan berkelanjutan untuk menjaga kualitas pembelajaran di madrasah.

Saat menghadiri perayaan ulang tahun ke-8 MAN Insan Cendekia Kota Palu, Thobib juga mengingatkan pentingnya menjaga kekhasan madrasah. Ia menyatakan bahwa madrasah harus tetap menjadi tempat pembentukan sumber daya manusia yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki karakter kuat dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islami.

“Saya mengajak para guru untuk menjaga identitas madrasah. Jangan samakan madrasah dengan sekolah umum. Biarkan sekolah berkembang sesuai dengan cirinya, namun madrasah harus mempertahankan keunikannya sebagai tempat penggemblengan SDM yang berilmu, berkarakter, dan berakhlak mulia, sebagaimana madrasah yang tumbuh dari nilai-nilai masjid dan pesantren,” jelasnya.

Pada acara tersebut, Thobib juga menyerahkan tiga laptop kepada tiga guru madrasah non-ASN yang belum memiliki sertifikasi, sebagai bagian dari dukungan pembelajaran. Ketiga guru tersebut adalah Siti Herawati dari RA Darul Iman, Kota Palu; Avryana Indradewi dari MTs Al Khairat Alindau, Donggala; dan Herdayanti dari RA Al-Ikhlas Duyu, Kota Palu.

Turut hadir dalam acara ini Kabid Penmad Kemenag Provinsi Sulawesi Tengah, Tim Pendidikan Islam Kemenag Kota Palu, Kepala MAN 2 Kota Palu, Kepala MAN Insan Cendekia Kota Palu, serta sejumlah kepala madrasah negeri dan swasta se-Sulawesi Tengah.