BMH Sumut Bawa Bantuan untuk Warga Muallaf di Pulo Tebu, Masjid Nurul Huda Butuh Perhatian
![BMH Sumut Bawa Bantuan untuk Warga Muallaf di Pulo Tebu, Masjid Nurul Huda Butuh Perhatian](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/09/28SeptTNIF-wargaMualafbmh1croop.jpg)
Dok. BMH Sumut
INFOFILANTROPI.COM, KARO – Tim BMH Sumut melakukan perjalanan jauh untuk menyalurkan bantuan berupa sembako dan peralatan sholat muslimah kepada warga muallaf di Desa Pulo Tebu, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo. Perjalanan memakan waktu sekitar lima jam, menempuh jarak 135 kilometer dari kota Medan.
Tiba di lokasi, tim BMH mendapati kondisi Masjid Nurul Huda yang berukuran 36 meter persegi dalam keadaan memprihatinkan. Meski masih digunakan sebagai tempat sholat, masjid yang terbuat dari kayu itu mengalami banyak kerusakan seiring waktu. Atap seng yang berkarat, bocor di sana-sini, serta dinding kayu yang mulai lapuk dimakan rayap menjadi pemandangan yang menyedihkan.
Perjalanan menuju Desa Pulo Tebu tidaklah mudah. Tim harus melewati jalan-jalan terjal, berliku di sela perbukitan, melintasi perkebunan warga. Kondisi tersebut mencerminkan perjuangan masyarakat setempat, yang tanpa lelah mempertahankan semangat untuk terus beribadah di tengah keterbatasan.
Di tengah desa yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, Masjid Nurul Huda berdiri sebagai simbol toleransi. “Di sekitar masjid ini, hanya ada dua keluarga muslim. Warga lainnya berada cukup jauh,” kata Sofyan Sitepu, salah satu warga yang tinggal di dekat masjid. Tanah masjid tersebut merupakan wakaf dari orang tua kepala desa, menambah nilai sejarahnya bagi masyarakat.
Namun, kondisi masjid yang semakin memprihatinkan menimbulkan keprihatinan. Saat hujan, halaman yang lebih rendah dari permukaan jalan berubah menjadi becek, menyulitkan jamaah untuk datang dan beribadah dengan nyaman. Ketidakamanan semakin nyata, karena struktur bangunan yang rapuh bisa saja runtuh kapan saja.
![](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/09/28SeptTNIF-wargamualafbmh2croop.jpg)
Bagi masyarakat setempat, masjid ini bukan hanya tempat ibadah. Di sini, mereka menemukan ketenangan jiwa, sekaligus menjadi pusat aktivitas keagamaan dan sosial. Namun, kendala terbesar yang mereka hadapi adalah dana. Meski berusaha menggalang dana dari warga, penghasilan dari bertani yang tidak menentu membuat mereka kesulitan untuk membangun masjid yang lebih layak.
“Kami sangat berharap bisa memiliki masjid yang lebih luas dan nyaman untuk berbagai kegiatan. Tapi, situasi kami sulit. Hasil pertanian tak selalu memadai,” ungkap Lukman, Ketua BMH Sumut.
Lukman juga menegaskan bahwa kondisi masjid ini adalah panggilan bagi kita semua untuk bergerak bersama. “Masjid ini adalah simbol perjuangan dan persatuan warga Pulo Tebu. Meski minoritas, mereka tetap teguh dalam menjaga iman. Kita harus peduli dan membantu mereka membangun masjid baru yang layak. Bagi mereka, masjid bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga lambang kekuatan dan keteguhan di tengah tantangan yang mereka hadapi setiap hari.”
Dengan semangat kebersamaan, warga dan BMH Sumut berharap, Masjid Nurul Huda bisa segera direnovasi, memberikan kenyamanan yang mereka dambakan saat beribadah dan menjalani kehidupan sosial mereka.