Haji 2025, Kemenag Siapkan Inovasi Skema Murur dan Tanazul
![Haji 2025, Kemenag Siapkan Inovasi Skema Murur dan Tanazul](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/10/16OKTIF-Hajikemenag.jpg)
Dok. HajiKemenag
BERITAUNGGULAN.COM, Bogor — Dalam penyelenggaraan ibadah haji 2025, Kementerian Agama (Kemenag) berencana kembali menerapkan kebijakan murur dan memperkuat mekanismenya, sambil memperkenalkan skema baru berupa tanazul. Inovasi ini dibahas dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Kebijakan, Rencana Kerja, dan Peningkatan Pelayanan Haji di Arab Saudi yang diadakan di Bogor pada Kamis, 10 Oktober 2024. Diskusi tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat terkait, termasuk Kasubdit Katering Haji Sutikno, Kasubdit Transportasi Darat Mujib Roni, Chief Operating Officer BPKH Limited Iman Ni’matullah, serta perwakilan dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan, dan Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung.
“Kami berkomitmen untuk memperkuat skema murur pada pelaksanaan haji tahun 1446 H/2025 M,” kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri, Subhan Cholid.
Murur merupakan sistem pergerakan jemaah dari Arafah menuju Mina melalui Muzdalifah tanpa berhenti. Jemaah bergerak setelah waktu magrib, melewati Muzdalifah, dan langsung menuju Mina. Sistem ini pertama kali diterapkan secara resmi pada musim haji 2024 dan terbukti efektif mempercepat proses pergerakan, dengan lebih dari 50.000 jemaah Indonesia berhasil dipindahkan dari Muzdalifah ke Mina sebelum pukul 07.37 waktu setempat. Inovasi ini juga signifikan dalam mengurangi kepadatan di Muzdalifah.
Selain memperkuat murur, Kemenag juga akan memperluas implementasi skema safari wukuf untuk lansia dan jemaah disabilitas. Program ini telah berjalan selama dua musim haji terakhir, di mana ratusan jemaah lanjut usia dan difabel mendapatkan fasilitas khusus dalam hal transportasi, konsumsi, dan akomodasi, sehingga mereka dapat melaksanakan ibadah wukuf tanpa terlalu banyak beban fisik.
“Skema safari wukuf sangat diapresiasi oleh jemaah lansia dan disabilitas, karena mereka bisa melaksanakan puncak ibadah haji dengan lebih nyaman tanpa terlalu kelelahan, sementara ibadah manasik tetap dapat terlaksana dengan baik, termasuk melalui skema badal,” tambah Subhan.
Untuk musim haji 2025, Kemenag juga merancang skema tanazul sebagai solusi mengurangi kepadatan di tenda Mina saat fase mabit. Tanazul memungkinkan jemaah yang menginap di hotel dekat area jamarat (tempat lontar jumrah) untuk kembali ke hotel setelah mencukupi waktu mabit, alih-alih berdesakan di tenda di Mina.
“Konsep tanazul ini akan memberikan jemaah yang tinggal di dekat jamarat pilihan untuk bermalam di hotel setelah melakukan lontar jumrah. Kami juga sedang mempertimbangkan penyediaan katering bagi mereka selama fase mabit di Mina,” jelas Subhan.
Dengan adanya terobosan ini, Subhan berharap dapat mengurangi kepadatan di Mina sekaligus memberikan kenyamanan lebih bagi jemaah tanpa mengabaikan aspek keabsahan manasik haji.