Dengan Pelaksanaan Gerakan 1R1J, Bentuk Upaya Penyegaran Eliminasi DBD

dbd2

Penulis: Ismawati (Dosen Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung)

INFOFILANTROPI.COM, BANDUNG – Penyakit demam berdarah dengue yang kita kenal dengan istilah DBD merupakan suatu infeksi virus Dengue yang ditularkan melalui perantaraan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini biasanya terjadi di sepanjang tahun, namun mengalami peningkatan pada bulan Februari hingga Juli/ Agustus di setiap tahunnya.

Hal ini berkaitan dengan kondisi musim yang mendukung perkembangan nyamuk sebagai vektor penyakit DBD. Genangan air yang banyak selama musim hujan (Oktober hingga Maret) menjadi tempat ideal untuk berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, sehingga risiko penyebaran DBD lebih tinggi pada awal tahun.

Pemberantasan penyakit DBD di masyarakat hingga saat ini belum dapat menghentikan kejadian DBD. Namun demikian pencegahan penyakit DBD sebagai upaya pengendalian penyakit senantiasa dilakukan meskipun tidak bisa ditekan hingga nol.

Hal ini berdasarkan tinjauan epidemiologis suatu penyakit dikenal Trias Epidemiologi yang menggambarkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi dalam terjadinya penyakit dalam suatu populasi. Konsep ini membantu memahami penyebab dan pola penyebaran penyakit serta merancang strategi pencegahan dan pengendalian yang efektif.

Komponen Trias Epidemiologi tersebut adalah faktor host (inang/ penderita), faktor agen penyebab (agent) dan faktor lingkungan (environment). Dengan memahami trias epidemiologi tersebut, maka kegiatan yang dilakukan menjadi lebih komprehensif dalam meninjau dan mencari upaya penanggulangan suatu penyakit.

Tidak cukup hanya salah satu faktor saja yang kita upayakan untuk dilakukan perubahan atau pencegahan, namun diperlukan adanya integrasi dalam mengupayakan perbaikan pada ketiga faktor utama tersebut.

Sebagai contoh pada penanggulangan penyakit DBD, maka pengendalian terhadap faktor lingkungan ditujukan untuk menekan perkembangbiakan nyamuk Aedes, khususnya nyamuk Aedes aegypti yang berperan sebagai agen utama pembawa virus Dengue penyebab penyakit DBD.

Lingkungan tersebut bisa berupa kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya, iklim, dan lingkungan tempat tinggal yang memengaruhi penyebaran penyakit DBD. Selain itu juga dibutuhkan peranan manusia sebagai host dalam perilakunya menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

Aedes aegypti sebagai nyamuk pembawa virus dengue berkembang biak di tempat-tempat yang tergenang air, seperti bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum burung, talang air, ban bekas, kaleng bekas atau wadah bekas terbengkalai sehingga tertampung air di dalamnya.

Oleh karena itu lingkungan yang memiliki banyak tempat penampungan air yang tidak tertutup, baik di dalam maupun di luar rumah akan mengundang nyamuk untuk bertelur di permukaan air, sehingga mendukung pertumbuhan populasi nyamuk.

Salah satu upaya pemerintah untuk menekan perkembangbiakan nyamuk dan mencegah penularan penyakit DBD adalah dengan gerakan 3 M plus (3M: menguras dan menutup tempat penampungan air serta memanfaatkan/ mendaur ulang barang bekas, plus: mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk).

Sebagai upaya lainnya dalam pencegahan penyakit DBD, pemerintah juga meluncurkan program Gerakan 1 Rumah 1 jumantik (G1R1J). Gerakan 1R1J pertama kali dicanangkan pada tahun 2004 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Upaya ini muncul karena tingginya angka kasus DBD yang terus meningkat setiap tahun di berbagai wilayah Indonesia. Program ini sebagai bentuk pendekatan pencegahan DBD berbasis masyarakat, dengan mempertahankan prinsip pencegahan yang sederhana tetapi efektif melalui pengendalian lingkungan dan perilaku.

Jumantik adalah singkatan dari juru pemantau jentik, yang merupakan unsur masyarakat atau petugas yang bertugas melakukan pemantauan pada tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarana perkembangbiakan nyamuk pembawa virus penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD).

Peran dan tugas Jumantik bertanggung jawab dalam pemantauan dan pemeriksaan jentik nyamuk, membantu memastikan kegiatan berupa pengurasan rutin tempat penampungan air dan upaya perlindungan individu dari gigitan nyamuk berjalan dengan baik, mengedukasi masyarakat, dan melaporkan keberadaan sarang nyamuk.

Gerakan 1R1J diturunkan di lingkungan masyarakat melalui asuhan Puskesmas kepada warga melalui kegiatan penyuluhan dan pendampingan ke lapangan yang dikenal dengan pos pelayanan terpadu (posyandu), yang dalam pelaksanaannya banyak dibantu oleh para kader kesehatan untuk mensosialisasikan program kepada masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka civitas akademika FK Unisba ingin berkontribusi sebagai bentuk kepedulian dalam membantu pemberantasan penyakit DBD di masyarakat. Salah satu karya yang dilakukan adalah dengan memberikan pendampingan kepada 37 orang kader posyandu di wilayah Puskesmas Margahayu Raya untuk menyukseskan program gerakan 1R1J melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil survei pada musim kemarau sekitar bulan April sampai Juli pada tahun 2024, kasus DBD di kecamatan Buah Batu menduduki lima besar kasus terbanyak di Kota Bandung. Diharapkan dengan kegiatan pendampingan tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader di lapangan dalam pelaksanaan program 1R1J, khususnya di lingkungan wilayah Puskesmas Margahayu Raya.

Gerakan 1R1J ini sudah dilaksanakan berkala di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Margahayu Raya, sehingga bukan merupakan hal baru. Meskipun demikian diharapkan dengan pendampingan kader dalam gerakan 1R1J, selain mendapatkan pengetahuan terkait pengenalan penyakit DBD dan upaya pencegahannya, para kader juga mendapatkan penyegaran terkait penerapan kegiatan Jumantik di lingkungan masyarakat dan merapikan kembali sistem pelaporan kegiatan Jumantik kepada pihak Puskesmas.

Ke depannya, kesinambungan program 1R1J ini terus berjalan seiring dengan kegiatan 3M plus, sehingga upaya untuk pencegahan penyakit DBD ini bekerja optimal, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Margahayu Raya. [ ]