Cerita Hidup Suroji dan Gerobak yang Menjadi Rumah: Napas Terakhir di Kolong Cibubur

INFOFILANTROPI.COM, JAKARTA (4 Juni 2025) Sinergi Foundation – Di tengah riuhnya Jakarta yang tak pernah tidur, ada ruang-ruang sunyi yang sering luput dari perhatian. Salah satunya berada di kolong jembatan Cibubur. Di sanalah, pada malam rabu 3 Juni 2025, seorang pemulung bernama Suroji menghembuskan napas terakhirnya.
Suroji bukan nama besar. Ia bukan tokoh publik. Namun bagi komunitas kecil pemulung dan pencari barang bekas di kawasan itu, ia adalah sosok yang hangat, sederhana, dan setia kawan. Bersama Pak Adolf, yang sudah hampir satu tahun tinggal di gerobak dan gubuknya sendiri, Suroji menjalani hari-hari dengan harapan sederhana: makan hari ini, dan semoga bisa makan lagi esok.
Lahan kosong di sekitar kolong jembatan itu menjadi tempat mereka berkumpul. Bukan hanya untuk berbagi hasil rongsokan, tapi juga untuk berbagi cerita, kesepian, dan kadang-kadang, secercah tawa. Bagi mereka, hidup tak berjalan sesuai rencana, namun tetap dijalani dengan syukur atas setiap napas yang masih diberi.
Menurut keterangan kerabat warga sekitar Pak Adolf, sore itu Suroji tampak lemas sejak 3 hari yang lalu. Ia tetap memilih beristirahat di bawah gerobak dan gubuknya, dekat dengan sahabat-sahabatnya. Namun tak disangka, sore itu menjadi hari terakhirnya.
“Beliau orang baik, jarang mengeluh. Hidup susah tapi sabar terus. Tadi malam kami lihat dia tidur, sorenya sudah nggak bangun lagi,” ujar Pak Adolf, sesama pemulung yang mengenal dekat almarhum.
Belum ada keterangan resmi mengenai penyebab pasti kematian Suroji. Namun banyak yang menduga kondisi kesehatan dan keterbatasan akses pelayanan medis menjadi faktor utamanya.
Tragedi ini menjadi cerminan getir realitas kehidupan marjinal di ibu kota. Di balik kemegahan gedung-gedung pencakar langit, masih banyak warga yang bertahan hidup dalam kondisi tidak layak, tanpa tempat tinggal, tanpa jaminan kesehatan, dan seringkali tanpa identitas formal.
Sejumlah warga dan komunitas sosial setempat mengungkapkan harapannya agar pemerintah dan lembaga kemanusiaan lebih peka terhadap kelompok masyarakat rentan ini. Tidak hanya ketika ada kematian, tetapi dalam upaya jangka panjang: memberi tempat, layanan, dan perlindungan yang manusiawi.
Program Wakaf 9 in 1, oleh Sinergi Foundation menjadi bagian untuk memudahkan dalam pemakaman di Firdaus Memorial Park yang layak dan asri serta sesuai syar’i untuk penerima manfaat seperti Alm. Pak Suroji ini.
Suroji mungkin telah pergi, tapi kisahnya masih tertinggal di antara tumpukan kardus, logam, dan kenangan yang diseret gerobak-gerobak tua. Di sanalah kisah tentang harapan dan ketabahan terus bergulir—dalam sunyi, namun tak seharusnya dilupakan. (K4Y)