Berkah dari Pintu ke Pintu: Jejak Wakaf Produktif yang Tak Pernah Tidur

PRO1

INFOFILANTROPI.COM, BANDUNG — Di antara riuhnya aktivitas harian di kawasan Gegerkalong, Bandung, ada deretan kontrakan yang setiap bulan mengalirkan keberkahan. Ada lebih dari 70 pintu yang berdiri dan merupakan aset wakaf produktif Daarut Tauhiid. Setiap bulan, pintu-pintu itu membuka jalan bagi lahirnya ribuan manfaat.

“Sekitar 75 juta rupiah menjadi omset rata-rata dari kontrakan di Gegerkalong. Manfaat yang terus bergerak untuk mendukung dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan umat, “ ujar Riyadi Suryana, Manajer Wakaf Produktif Daarut Tauhiid.

Riyadi juga menyampaikan jika sistem pengelolaan wakaf di Daarut Tauhiid telah berjalan cukup lama dan konsisten, contohnya keberadaan kontrakan-kontrakan tersebut. Bahkan sebelum istilah “wakaf produktif” dikenal luas, Daarut Tauhiid telah mengelola aset-aset dengan cara yang tidak hanya amanah, tetapi juga berdaya guna.

Aset-aset ini bukan hanya terbatas pada kontrakan. Ada pertokoan, asrama, rumah-rumah sewa, apartemen, hingga perkantoran. Semuanya menjadi bagian dari rantai kebaikan yang tak pernah putus.

“Bukan hanya di Gegerkalong, aset wakaf produktif juga ada di berbagai kota. Di Tasikmalaya, ada aset wakaf berupa rumah yang disewakan dan menghasilkan sekitar 20 juta rupiah per tahun. Di Tangerang, ada kantor yang menyumbangkan hingga 100 juta rupiah per tahun. Lalu, apartemen yang tersebar di beberapa kota juga ikut berkontribusi, dengan rata-rata sewa mencapai 3 juta rupiah per bulan,” jelas Riyadi.

Pengelolaan wakaf produktif pun tidak seputar hanya omset, tapi manfaat yang terus berlipat. Seperti pujasera Daarut Tauhiid yang menjadi pusat kuliner dan aktivitas ekonomi umat. Omsetnya berkisar antara 60 hingga 100 juta rupiah per bulan, dikelola dengan sistem bagi hasil yang adil dan penuh keberkahan.

Ada juga Daarul Tijarah yakni kompleks kosan dua lantai, perkantoran, dan dapur produksi. Tempat ini disewa oleh unit usaha seperti MQ Cert dan Monpen dengan omset di angka 75 juta rupiah setiap bulan.

Riyadi juga menyampaikan satu hal yang membedakan aset-aset ini dari usaha biasa adalah niat dan tujuannya. Yakni bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk kemaslahatan umat.

“Ada bangunan yang dulunya milik Koperasi Daarut Tauhiid, lalu diwakafkan, dan kini disewa kembali oleh koperasi. Inilah yang disebut wakaf yang terus bekerja. Harta yang tak tinggal diam, tapi terus mengalirkan pahala bagi pewakifnya,” katanya.

Kini, ketika kita melihat sebuah pintu kontrakan terbuka, mungkin di sanalah pintu surga juga terbuka bagi mereka yang ikhlas menanamkan wakafnya. Semoga dari setiap dinding, lantai, dan atap yang diwakafkan, mengalir kebaikan yang tak bertepi. Karena di Daarut Tauhiid, wakaf bukan hanya diam. Ia hidup. Ia bekerja. Dan ia menuntun langkah menuju keberkahan dunia dan akhirat. (Cahya)