20 Agustus 2025

Baznas Kota Bandung Kolaborasi dengan Dewan Da’wah Jabar Gelar Pelatihan Dai

Dewan Da'wah Jabar

Ustadz Muhammad Roin (kiri) menyerahkan cindera mata kepada Ustadz Irfan F Taufik ( kanan ) usai menyampaikan materi pelatihan dai ( foto: iman)

INFOFILANTROPI.COM, KOTA BANDUNG – Sebanyak lebih dari 50 dai dan daiyah dari Kota Bandung dan wilayah Bandung Raya mengikuti program Pelatihan Da’i yang diselenggarakan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Provinsi Jawa Barat. Kegiatan yang mengusung tema “Terangi Ummat Dengan Da’wah, Dari Kota Bandung Untuk NKRI” ini berlangsung pada Rabu (30/7/2025) di Aula Masjid Hasanurrohmah Cipedes Sukajadi, Kota Bandung.

 

Program pelatihan ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara Dewan Da’wah Jawa Barat, Baznas Kota Bandung, dan Yayasan Hasanurrohmah. Inisiatif ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan mendesak untuk memperkuat kapasitas para dai dalam menghadapi tantangan dakwah kontemporer, khususnya dalam hal pemberdayaan ekonomi umat.

 

Para peserta pelatihan berasal dari berbagai latar belakang yang beragam, mencakup aktivis dakwah, imam masjid, pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), serta pengurus Dewan Da’wah tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Keberagaman latar belakang ini diharapkan dapat memperkaya perspektif dan strategi dakwah yang akan diterapkan di lapangan.

 

Ustadz Irfan Farid Taufik, Lc., M.A., selaku Wakil Ketua Baznas Kota Bandung, menyampaikan paparan komprehensif mengenai peran strategis Baznas dalam pembangunan umat. Ia menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi sebagai benteng pertahanan akidah dari ancaman kemiskinan.

 

“Salah satu dampak dari kemiskinan, tidak sedikit orang yang murtad atau keluar dari Islam hanya karena 5 kg beras dan mie instan. Nah, ini harus menjadi perhatian kita semua khususnya para dai lapangan,” terangnya dengan nada serius.

 

Pernyataan ini menggarisbawahi realitas pahit yang kerap dihadapi masyarakat Muslim di Indonesia, dimana kondisi ekonomi yang sulit dapat menjadi celah bagi upaya-upaya pemurtadan. Ustadz Irfan menegaskan komitmen Baznas Kota Bandung untuk berkolaborasi dengan para dai yang langsung berinteraksi dengan umat dalam upaya pemberdayaan ekonomi.

 

Kolaborasi ini bertujuan memastikan umat tidak hanya secara spiritual tetapi juga ekonomi menjadi berdaya, sehingga akidah mereka tidak mudah goyah karena iming-iming bantuan material yang berpotensi mengarah pada pemurtadan.

 

“Salah satu misi Baznas adalah MtoM atau dari Mustahik menuju Muzaki,” ungkapnya, merujuk pada konsep transformasi penerima zakat (mustahik) menjadi pemberi zakat (muzaki) sebagai indikator keberhasilan program pemberdayaan.

 

Ustadz Irfan juga menjelaskan framework operasional Baznas Kota Bandung yang dikenal dengan akronim “KASEP”, yang mencakup lima bidang garapan utama: Kesehatan, Agama, Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan. Pendekatan holistik ini dirancang untuk memastikan bahwa dana keummatan tidak hanya terhimpun dengan optimal, tetapi juga tersalurkan secara efektif di kelima sektor strategis tersebut.

 

“Peran dan fungsi Baznas selain menghimpun dana keummatan juga menyalurkannya khusus 5 bidang tersebut,” jelasnya, menekankan pentingnya pendekatan komprehensif dalam pengelolaan zakat.

 

Sementara itu, Ustadz Roinul Balad, Ketua Dewan Da’wah Provinsi Jawa Barat, memberikan motivasi yang menginspirasi kepada para peserta pelatihan. Ia menekankan pentingnya totalitas dan militansi dalam berdakwah sebagai prasyarat terwujudnya izzul islam wal muslimin (kejayaan Islam dan umat Muslim)

 

“Maka tema pelatihan ini sudah tepat, terangi ummat. Karena ada anggapan kalau Indonesia saat ini sedang gelap atau Indonesia cemas, maka dai harus berperan aktif agar Indonesia terang dan Indonesia cerah,” ajaknya dengan semangat.

 

Ustadz Roin menegaskan bahwa setiap dai yang terlahir dari Dewan Da’wah harus memiliki komitmen total dan sikap militan dalam berdakwah. Menurutnya, dakwah tidak boleh dilakukan secara setengah hati atau dengan pendekatan yang inkonsisten.

 

Ia memberikan kritik tajam terhadap dai yang hanya melakukan amar ma’ruf tanpa nahi munkar, atau sebaliknya. “Jika seorang dai, sambung Ustadz Roin, yang berdakwah hanya beramar makruf tanpa nahi munkar atau sebaliknya maka sesungguhnya mereka sedang bercanda dengan dakwah.”

 

Lebih lanjut, Ustadz Roin menekankan bahwa kejayaan Islam dan umat Muslim hanya dapat terwujud melalui pemahaman dan praktek dakwah yang integral atau kaffah. Ia merujuk pada teladan Rasulullah SAW sebagai model ideal dalam berdakwah.

 

“Izzul Islam wal Muslimin akan terwujud ketika pemahaman dan dakwah lapangan seorang da’i dilakukan secara integral atau kaffah. Karena metode dakwah seperti itulah yang dicontohkan oleh baginda nabi. Beliau berdakwah bahkan hingga mengangkat senjata dan berperang berkali-kali sehingga kita bisa menikmati indahnya Islam saat ini,” tegasnya.

 

Kegiatan pelatihan ini juga dimeriahkan dengan agenda penting lainnya, yaitu peluncuran dan peresmian Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Dewan Da’wah Jawa Barat yang dipimpin oleh H. Dicky Ahmad, SH, MH. Kehadiran LBH ini diharapkan dapat menjadi media advokasi yang efektif bagi umat, khususnya di wilayah Jawa Barat.

 

LBH Dewan Da’wah Jawa Barat akan menyediakan layanan advokasi hukum bagi masyarakat yang membutuhkan, terutama dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam. Inisiatif ini menunjukkan komitmen Dewan Da’wah untuk tidak hanya bergerak di bidang dakwah spiritual, tetapi juga memberikan perlindungan hukum bagi umat.

 

Sebagai puncak acara, seluruh peserta pelatihan dai dilantik menjadi anggota Persatuan Da’i Dewan Da’wah Jawa Barat (PERSADA Jabar). PERSADA merupakan wadah organisasi yang menghimpun para dai Dewan Da’wah yang telah berkiprah dalam dunia dakwah dan tersebar di seluruh Indonesia.

 

Pelantikan ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga memiliki makna strategis dalam memperkuat jaringan dakwah di tingkat nasional. Melalui PERSADA, para dai diharapkan dapat saling bersinergi, berbagi pengalaman, dan mengkoordinasikan gerakan dakwah secara lebih efektif.

 

Program pelatihan ini mencerminkan evolusi strategi dakwah kontemporer yang tidak lagi terbatas pada aspek spiritual semata, tetapi juga mengintegrasikan dimensi sosial, ekonomi, dan hukum. Pendekatan holistik ini diharapkan dapat menjawab tantangan kompleks yang dihadapi umat Islam di era modern, mulai dari ancaman kemiskinan hingga kebutuhan akan perlindungan hukum.

 

Kolaborasi antara DDII Jabar, Baznas Kota Bandung, dan berbagai lembaga lainnya dalam program ini juga menunjukkan pentingnya sinergi antar-organisasi Islam dalam mencapai tujuan bersama memperkuat umat dan menegakkan nilai-nilai Islam di Indonesia.[ ]