Cipta Bestari, Langkah Lestari: Merayakan Kebaikan dalam Ide dan Kebersamaan

INFOFILANTROPI.COM, BANDUNG — Menginjak tahun ketiganya, Mini Expo Jaya kembali hadir sebagai puncak selebrasi akademik Program Studi Akuntansi FEB Unisba, dari mata kuliah Kewirausahaan dan Bisnis Digital, sekaligus ajang pembuktian bahwa ide-ide baik yang tumbuh dari ruang belajar dapat menyentuh masyarakat secara nyata. Setelah tahun sebelumnya mengusung tema “Menyemai Kearifan, Memupuk Harapan,” tahun ini Mini Expo Jaya melangkah lebih jauh dengan tema:
“Cipta Bestari, Langkah Lestari, Karsa Kolaboratif untuk Usaha Berkelanjutan.”
Tema ini bukan sekadar kalimat indah—ia mencerminkan kesinambungan nilai yang telah dirintis sejak awal: bahwa setiap ide cemerlang (cipta bestari) harus dijalankan dengan komitmen keberlanjutan (langkah lestari) dan semangat gotong royong (karsa kolaboratif). Ini adalah lanjutan alami dari benih yang telah ditanam sebelumnya, di mana kearifan lokal dan harapan masa depan kini diuji dalam bentuk aksi nyata dan kolaborasi lintas generasi.
Mini Expo Jaya tidak hanya menjadi ruang pamer bagi mahasiswa untuk menunjukkan hasil dari mata kuliah kewirausahaan dan digital bisnis. Betul bahwa di expo ini, mahasiswa berperan penuh menjadi pelaku usaha, dimana ide bisnis tidak hanya dieksekusi dalam bentuk usaha dan model usaha yang sudah berjalan, tapi juga dengan presensi digital yang lengkap, dari mulai website eCommerce, Media Sosial dan Kontennya, juga penggunaan aplikasi digital untuk mendukung bisnis yang sedang mereka inisiasi. Lebih dari itu, Mini Expo Jaya adalah ruang publik untuk memvalidasi ide besar dan merayakan ide baik. Di sinilah mahasiswa bertemu dengan pengusaha mikro, founder startup, calon mitra, akademisi, dan masyarakat umum—saling bertukar ide, memberi inspirasi, dan menguatkan satu sama lain dalam ekosistem yang sehat dan etis.
Keberagaman stand yang ditampilkan tahun ini memperlihatkan luasnya cakupan ide yang digagas. Dari kategori produk dan jasa, hadir berbagai inovasi unik seperti jasa titip dan antar barang untuk kostan, hingga jasa “suruh” untuk layanan membersihkan kamar kost secara on demand. Di sisi industri kreatif, mahasiswa menampilkan boardgame dan cardgame bertema budaya Nusantara, seperti permainan berbasis karakter Barong dan profesi asli Indonesia. Ada pula stand dari brand tas yang memanfaatkan sisa limbah fashion, fashion berbasis intellectual property karakter folklore Indonesia, serta aksesori dari plastik daur ulang yang tampil estetis.
Tak ketinggalan, inovasi berbasis wellness dan keberlanjutan pun turut tampil, seperti bantal aromaterapi berbahan rempah lokal, produk kecantikan dari ekstrak kopi petani lokal, serta sabun berbahan dasar ampas kopi yang memadukan konsep zero waste dan nilai tambah bagi komunitas. Setiap stand tak hanya menjual produk, tetapi menyampaikan cerita, nilai, dan semangat kewirausahaan yang berakar pada kebermanfaatan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kekhasan dari Mini Expo Jaya adalah adanya sesi lightning session, yaitu pemaparan ide besar secara cepat oleh pemateri-pemateri hebat dengan nilai kebaikan dan kebermanfaatan. Pada tahun 2025 ini Mini Expo Jaya menghadirkan tiga gagasan besar dari pemateri lintas bidang yang sama-sama menebar nilai kebaikan dan kebermanfaatan. M. Gumilang (Food Bank Bandung) mengangkat solusi kelaparan melalui distribusi makanan surplus berbasis kolaborasi dan kesadaran pangan; Annisa Wibi (Co-Founder dan CFO MYCL) menghadirkan terobosan bahan kulit alternatif dari jamur mycelium yang ramah lingkungan dan sudah tampil di panggung global; sementara Ayu Budiyanti (Co-Founder dan CMO Rahsa Nusantara) memperlihatkan bagaimana kearifan lokal dan rempah Indonesia dapat dikemas secara modern untuk gaya hidup sehat sekaligus memberdayakan komunitas. Tiga cerita, satu semangat: inovasi harus berpihak pada manusia dan bumi.
Selain kehadiran pemateri inspiratif dalam sesi Lightning Session, acara Mini Expo Jaya 2025 juga menjadi semakin menarik dengan partisipasi dari dua SMA unggulan di Kota Bandung: SMAN 1 Bandung dan SMA PGII 1 Bandung. Kehadiran mereka merupakan kelanjutan dari pra-acara “Main Bermain Sebelum Mini Expo Jaya”, sebuah program workshop bisnis berkelanjutan yang dikemas dalam konsep IdeaLab dan sebelumnya diselenggarakan langsung di sekolah masing-masing.
Pada sesi presentasi, kedua sekolah ini tampil tak kalah memukau. SMA PGII 1 Bandung, melalui tim Scerenity, menghadirkan ide bisnis lilin aromaterapi berbasis budaya dan ramah lingkungan. Produk mereka menggunakan limbah minyak jelantah sebagai bahan utama, dipadukan dengan wewangian lokal seperti melati dan gaharu—menggabungkan unsur tradisi, keberlanjutan, dan nilai spiritual dalam satu produk yang bermakna. Sementara itu, dari SMAN 1 Bandung, tim Endeavor SC menghadirkan dua ide bisnis inovatif: Wrinkleez, spray anti-kusut yang praktis dan solutif, serta Aether Watch, tali jam tangan berbahan kulit jeruk dan kulit pisang—produk berbasis problem solving yang mengusung nilai keberlanjutan dan kreativitas tinggi. Kedua presentasi dari siswa SMA ini berhasil mencuri perhatian, termasuk dari kalangan dosen Prodi Akuntansi FEB Unisba. Beberapa dosen menyampaikan kekaguman mereka atas struktur berpikir yang runtut, kematangan tim dalam menyampaikan ide, serta keberanian siswa-siswa muda ini dalam menjawab masalah nyata melalui pendekatan wirausaha yang beretika dan berdampak.
Saat dimintai kesan setelah mengikuti Mini Expo Jaya, Sal, siswa dari SMA PGII 1 Bandung, dan El, siswa dari SMAN 1 Bandung, berbincang dengan Andhika Anandya, dosen Akuntansi FEB Unisba.
“Presentasi tadi tegang, tapi tetap seru! Selain itu, pas lihat stand-stand di expo, saya kaget—ternyata banyak banget produk lokal yang nggak kalah keren dibanding produk yang sudah beredar di pasaran. Salah satunya vest yang bisa diubah jadi tas, itu keren,” ungkap Sal dengan antusias.
Sementara itu, El menyampaikan kekagumannya terhadap pemateri yang tampil di Lightning Session Mini Expo Jaya.
“Tadi lihat yang MYCL, keren banget! Saya jadi penasaran karena ternyata kulit bisa dibuat dari bahan seperti jamur. Itu sesuatu yang baru dan menarik,” ujarnya penuh rasa ingin tahu.
Menanggapi antusiasme para siswa, Andhika Anandya memberikan pesan kepada para siswa dan guru pendamping.
“Semoga suasana santai dan bermanfaat seperti hari ini bisa menjadi awal kolaborasi yang seru ke depannya. Teman-teman dari SMA PGII 1 maupun SMAN 1 Bandung jangan sungkan untuk menghubungi kami di Akuntansi FEB Unisba jika ingin berdiskusi, berjejaring, atau bahkan berkolaborasi.”
Dalam sesi berikutnya, yaitu talkshow “Bisnis dan Nilai Islam dalam Bisnis” yang menjadi bagian dari rangkaian Mini Expo Jaya, para narasumber berbagi gagasan mendalam yang memperkaya wawasan peserta tentang bagaimana membangun usaha dengan landasan nilai-nilai kebaikan. Talkshow ini dimoderatori oleh Kang Ferdi Z.A., dosen muda Akuntansi Syariah Prodi Akuntansi yang juga dikenal sebagai ustadz sekaligus influencer aktif di media sosial.
Kang Didi Kurniadi, owner dari kafe Maringopi, menekankan pentingnya membangun brand dengan nama yang mudah diingat, agar lebih cepat dikenali dan melekat di benak konsumen. Ia juga menyampaikan bahwa bisnis yang kuat sering lahir sebagai respons terhadap isu sosial yang aktual, karena dengan begitu, produk atau layanan yang ditawarkan menjadi relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Sementara itu, Anggina Santoso, founder dari Arktiv, brand sportwear muslimah yang telah menembus pasar internasional, menggarisbawahi bahwa dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja dan melalui berbagai lini kehidupan, termasuk melalui industri kreatif seperti fesyen muslimah. Ia menambahkan bahwa setiap perjalanan usaha pasti memiliki tantangannya, namun kunci keberhasilan terletak pada ketangguhan dan kesiapan dalam menghadapi berbagai kesulitan. Talkshow ini memperkuat pesan bahwa nilai-nilai Islam tidak hanya relevan dalam konteks ibadah, tetapi juga menjadi fondasi kuat dalam membangun usaha yang beretika, berkelanjutan, dan penuh kebermanfaatan.
Talkshow sesi kedua dalam rangkaian Mini Expo Jaya 2025 menghadirkan dua alumni inspiratif Program Studi Akuntansi FEB Unisba: Kang Hendy (angkatan 2005) dan Teh Vina (angkatan 2012). Dengan dipandu dengan hangat oleh Kirana Putri, mahasiswa Akuntansi angkatan 2022. Keduanya berbagi perjalanan membangun bisnis dari latar belakang yang sangat personal, namun berujung pada usaha yang memberikan solusi nyata bagi masyarakat.
Kang Hendy mengembangkan usaha keluarga menjadi brand sepatu lokal Teofilo, terinspirasi dari nama keluarganya dan kecintaannya pada fashion, khususnya sepatu. Dengan konsep desain yang bisa disesuaikan dan diberi inisial nama pembeli, Teofilo hadir sebagai brand yang personal dan dekat dengan konsumennya. Sementara itu, Teh Vina, founder Yobebee, memulai bisnis pakaian anak dari keresahannya sebagai calon ibu yang kesulitan menemukan pakaian anak yang fashionable, terjangkau, dan berkualitas. Terinspirasi dari pengalaman pribadi dan hobi belanja, Yobebee lahir sebagai solusi kreatif bagi para ibu muda yang menginginkan produk anak yang menarik dan bernilai.
Dalam kesempatan saat mengobrol di sela acara, Teh Vina menyampaikan rasa senangnya bisa kembali hadir di kampus melalui Mini Expo Jaya. Baginya, acara ini bukan hanya ajang berbagi inspirasi bisnis, tetapi juga sarana silaturahmi yang bermanfaat antara mahasiswa dan alumni akuntansi FEB UNISBA. Ia menekankan pentingnya kegiatan seperti ini yang mempertemukan mahasiswa dengan realitas dunia usaha, sekaligus membuka ruang pertemanan dan jejaring antar generasi.
Salah satu hal yang membuat sesi talkshow di Mini Expo Jaya tahun ini terasa berbeda dan lebih berkesan adalah format interaktif yang diusung. Alih-alih sesi tanya jawab formal, acara dikemas dalam format “Ngobrol Langsung”—sebuah percakapan santai langsung antara peserta dan pemateri di atas panggung. Format ini sukses menciptakan suasana yang lebih cair, hangat, dan penuh inspirasi, menjadikan setiap momen terasa dekat, jujur, dan menyentuh. Interaksi langsung ini juga membuka ruang refleksi bersama, di mana gagasan besar, tantangan usaha, hingga nilai-nilai hidup dibahas secara natural dan membumi. Mini Expo Jaya membuktikan bahwa ruang belajar bisa dibentuk dari percakapan yang tulus dan terbuka.
Selain Teh Vina dan Kang Hendy, pada acara Mini Expo Jaya 2025, hadir pula Kang Hilman, alumni Akuntansi angkatan 2019 yang membuka booth kuliner Mielia, yang menawarkan menu dimsum dan mie dengan cita rasa khas. Keikutsertaan para alumni ini menunjukkan bahwa Mini Expo Jaya tak hanya menjadi panggung ide mahasiswa, tetapi juga wadah kolaboratif lintas angkatan yang memperkuat ekosistem kewirausahaan di lingkungan Akuntansi FEB Unisba. Momen ini menegaskan bahwa diskusi lintas generasi di lingkungan Prodi Akuntansi dapat berlangsung hangat, setara, dan saling menginspirasi. Ruang kolaboratif tidak mengenal batas usia; justru semakin kuat ketika diisi oleh obrolan jujur dan reflektif antar sesama keluarga besar Akuntansi.
Mini Expo Jaya tahun ini menjadi semakin istimewa dengan keterlibatan komunitas sekitar kampus yang turut diberdayakan secara aktif. Di balik semarak booth, presentasi ide bisnis dan talkshow, ada wajah-wajah yang tak kalah penting—para penjual jajanan kaki lima dan pedagang lokal yang juga menjadi bagian dari semangat acara ini. Kehadiran tukang baso cilok (bacil) Mang Deni, yang biasa mangkal di sekitar gerbang Unisba, serta kembalinya Mang Muis, penjual es potong Sawargi, membawa nuansa hangat yang tak bisa dibeli oleh branding manapun.
“Kalem, saya mah udah dari awal (tahun pertama) ikut acara ini, alhamdulillah,” ujar Mang Muis dengan senyum khasnya.
Tak hanya itu, seluruh konsumsi untuk peserta dan panitia pun secara sadar dipilih dari kantin deret sekitar kampus—seperti Ayam Galak dan Ayam Penyet Brawijaya. Keputusan ini bukan sekadar praktis, melainkan prinsip: bahwa mendukung usaha lokal adalah langkah nyata dalam mewujudkan wirausaha berkelanjutan. Begitu pun dengan merchandise resmi Mini Expo Jaya, yaitu tas belanja dan dompet, yang dibuat dari sisa spanduk acara di tahun lalu, oleh tukang jahit rumahan bernama Pa Dede dan Kang Ramdan. Mini Expo Jaya tidak hanya merayakan ide, tetapi juga merawat relasi—dengan yang dekat, yang nyata, dan yang selama ini sering luput dari sorotan. Hal ini menegaskan bahwa Mini Expo Jaya bukan hanya soal mahasiswa dan ide-ide besar, tapi juga tentang komunitas kecil yang terus tumbuh bersama
Dosen Prodi Akuntansi FEB Unisba, Asri Suangga, saat dimintai pendapatnya menyampaikan rasa bangganya atas karya-karya mahasiswa yang ditampilkan dalam Mini Expo Jaya. Menurutnya, banyak ide bisnis yang tidak hanya kreatif dan inovatif, tetapi juga memiliki nilai jual tinggi serta tetap memperhatikan aspek keberlanjutan. Ia menekankan pentingnya dukungan dan pendampingan yang konsisten agar karya-karya mahasiswa ini dapat terus dikembangkan dan menjadi bagian dari industri kreatif nasional.
Dengan semangat Cipta Bestari, Langkah Lestari, Mini Expo Jaya 2025 menandai bahwa harapan yang dulu disemai kini telah tumbuh. Kini saatnya melangkah—bersama, penuh makna, dan berdampak nyata. Dari presentasi ide, talkshow lintas generasi, hingga keterlibatan pelaku usaha lokal dan siswa SMA, semua menjadi bagian dari ekosistem kewirausahaan yang saling menguatkan. Karena di Akuntansi Unisba, selalu meyakini bahwa ide besar harus divalidasi, dan ide baik harus dirayakan—karena sejatinya, wirausaha yang lestari adalah yang tumbuh dari nilai dan dilanjutkan dengan aksi bersama. [ ]
Dok foto: Prodi Akuntansi FEB Unisba