Kemenperin Dorong Diversifikasi Produk Kelapa Sawit, Manfaatnya Merambah Industri Kerajinan dan Batik
![Kemenperin Dorong Diversifikasi Produk Kelapa Sawit, Manfaatnya Merambah Industri Kerajinan dan Batik](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/08/31AgustusBT-Kemenperinsawit-1024x680.jpg)
Dok. Kemenperin
INFOFILANTROPI.COM, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) semakin gencar mengupayakan peningkatan nilai tambah kelapa sawit melalui diversifikasi produk turunannya. Langkah ini bertujuan untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, yang mencapai 45,5 juta metrik ton per tahun, sekaligus memperluas manfaatnya hingga ke industri kerajinan dan batik.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, menjelaskan bahwa hilirisasi kelapa sawit berpotensi besar dalam menciptakan produk yang bermanfaat bagi berbagai sektor. “Produk turunan kelapa sawit seperti stearin dan limbah cangkang sawit dapat dimanfaatkan untuk pembuatan malam batik serta pewarna batik alami. Ini tentunya membuka peluang baru dalam pengembangan industri kerajinan dan batik,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (29/8).
Tidak hanya itu, Andi juga menambahkan bahwa lidi dari kelapa sawit dapat diolah menjadi produk anyaman yang memiliki nilai seni tinggi. Seratnya yang kuat menjadikannya bahan yang ideal untuk kerajinan tangan. Potensi ini sangat besar, terutama di Kalimantan Selatan yang memiliki luas perkebunan kelapa sawit mencapai 427.000 hektare, menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Kalimantan Selatan.
Melihat potensi besar tersebut, Kemenperin menggelar kegiatan Promosi Diversifikasi Produk Kelapa Sawit dan Promosi Halal Produk Turunan Kelapa Sawit di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, pada 21-24 Agustus 2024. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bekerja sama dengan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Yogyakarta serta Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banjarbaru, dengan dukungan dari Dinas Perindustrian Provinsi Kalimantan Selatan.
Kepala BBSPJIKB, Budi Setiawan, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mencetak tenaga terampil di Kalimantan Selatan yang kompeten dan bersertifikasi. “Kami menyiapkan skema sertifikasi untuk pembuatan kain batik tulis dan kerajinan anyaman serat alam. Dengan memiliki sertifikasi ini, para pelaku industri tidak hanya memperkuat kompetensi mereka, tetapi juga dapat mengajarkan ilmu tersebut kepada masyarakat,” jelasnya.
Lebih lanjut, Budi menyampaikan bahwa sertifikasi ini meliputi lima unit kompetensi untuk pembuatan kain batik tulis sesuai SKKNI Nomor 104 Tahun 2018, dan sepuluh unit kompetensi untuk pembuatan kerajinan serat alam non-tekstil sesuai SKKNI Nomor 82 Tahun 2016 dan Nomor 141 Tahun 2016.
Dalam konteks industri halal, UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH) menegaskan bahwa seluruh produk yang beredar di Indonesia harus bersertifikat halal. Hal ini mendorong tumbuhnya industri halal, termasuk dalam produksi batik yang kini wajib memiliki sertifikat halal. Penggunaan malam batik nabati dari kelapa sawit sebagai pengganti malam hewani menjadi solusi untuk meraih sertifikasi halal bagi produk batik.
Anwar Sadat, Senior Analis Divisi UKMK BPDPKS, menekankan pentingnya program ini dalam meningkatkan citra produk kelapa sawit di kancah internasional. “Dengan memanfaatkan produk turunan dan limbah kelapa sawit untuk industri kerajinan dan batik, kami berharap dapat mengangkat citra kelapa sawit Indonesia di mata dunia,” jelas Anwar.
Kegiatan Promosi Diversifikasi Produk Kelapa Sawit ini dibuka oleh Kepala BBSPJIKB, Budi Setiawan, dan dihadiri oleh Kepala BSPJI Banjarbaru, Marzuki Marnala Sinambela, serta sejumlah pejabat terkait. Workshop ini merupakan bagian dari rangkaian program promosi yang direncanakan akan dilanjutkan di wilayah Jawa Timur pada bulan September 2024.
Dengan langkah ini, Kemenperin berharap dapat mendorong pengembangan industri berbasis kelapa sawit yang berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di industri kelapa sawit dunia.