Kemenperin Dorong Lahirnya Wirausaha Baru di Pesantren Melalui Program Santripreneur
![Kemenperin Dorong Lahirnya Wirausaha Baru di Pesantren Melalui Program Santripreneur](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/07/17JuliIf-wirausahakemenperinpesantren-1024x576.jpeg)
Kemenperin Dorong Lahirnya Wirausaha Baru di Pesantren Melalui Program Santripreneur
INFOFILANTROPI.COM, Jakarta – Penumbuhan wirausaha baru (WUB) di sektor industri memiliki dampak positif berantai bagi perekonomian masyarakat. Selain membantu industri kecil dan menengah (IKM) naik kelas menjadi industri skala menengah atau besar, WUB juga mendorong pengembangan ekonomi lokal.
“Selain memaksimalkan potensi komoditas daerah, pengembangan WUB juga perlu mempertimbangkan potensi ekosistem industri dan pasar yang sudah ada,” ujar Reni Yanita, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Senin (15/7).
Salah satu inisiatif Kemenperin untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan ekosistem pondok pesantren. Program Santripreneur dirancang untuk memanfaatkan sumber daya di pesantren guna menumbuhkan wirausaha baru di kalangan santri.
“Melalui sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pengurus pesantren, kami berharap tercipta ekosistem yang mendukung pertumbuhan IKM serta pemberdayaan ekonomi yang merata di seluruh Indonesia,” jelas Reni.
Program Santripreneur yang dilaksanakan oleh Ditjen IKMA Kemenperin telah melatih ribuan santri menjadi wirausaha industri. Dalam satu dekade terakhir, 11.164 santri dari 114 pesantren di berbagai wilayah Indonesia, termasuk tiga pesantren di Kabupaten Tasikmalaya, telah mengikuti pelatihan ini.
“Pondok pesantren memiliki potensi besar sebagai tempat penumbuhan WUB karena santri yang terampil dan berpengetahuan dapat memacu pemberdayaan ekonomi lokal,” tambah Reni.
Data Kementerian Agama mencatat bahwa hingga 2023, terdapat 37.626 pondok pesantren di Indonesia dengan sekitar 4.853.197 santri. Provinsi Jawa Barat, termasuk Tasikmalaya yang dikenal sebagai kota santri, memiliki jumlah pesantren terbanyak, mencapai 12.121 unit.
Tasikmalaya sendiri memiliki potensi besar untuk menjadi pusat industri dan ekonomi kreatif. Oleh karena itu, Pondok Pesantren Miftahul Huda Affandy di Tasikmalaya menjadi salah satu penerima fasilitasi teknis produksi dan peralatan untuk WUB IKM furnitur dalam rangka pelaksanaan program Santripreneur tahun 2024, yang dilaksanakan pada 13-17 Juli 2024.
“Kami berharap Ponpes Miftahul Huda Affandy dapat memanfaatkan fasilitasi ini untuk memulai lini bisnis baru di pesantren. Identifikasi kebutuhan pasar lokal di sekitar pesantren dan Tasikmalaya adalah langkah awal penting untuk membangun industri yang berkelanjutan,” tambah Reni.
Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Yedi Sabaryadi, menambahkan bahwa 20 santri dari Ponpes Miftahul Huda Affandy mengikuti pelatihan ini dengan harapan mereka akan menjadi pelaku industri furnitur di lingkungan pesantren.
“Kami juga berharap unit bisnis yang sudah terbentuk di pesantren dapat mencetak pengusaha baru yang memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Dalam pelatihan tersebut, para santri akan mendapatkan materi kewirausahaan, cerita sukses dari pelaku IKM di Tasikmalaya, serta pengetahuan tentang proses produksi dan diversifikasi produk dari para ahli.
“Dengan program ini, harapannya para santri dapat menjadi santri milenial yang mampu berproduksi dengan baik, menguasai teknologi digital, membuka lapangan kerja, dan menyebarkan manfaat yang lebih luas,” tutup Yedi.