Kisah Inspiratif Rusman Edi, Penyuluh Agama dari Bukittinggi yang Bantu ABK Belajar Al-Qur’an
![Kisah Inspiratif Rusman Edi, Penyuluh Agama dari Bukittinggi yang Bantu ABK Belajar Al-Qur'an](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/08/27AgustusBU-kemenagbacaquran-1024x577.jpg)
Dok. Kemenag
INFOFILANTROPI.COM, Jakarta – Rusman Edi, sosok penyuluh agama asal Bukittinggi yang mendapatkan penghargaan Penyuluh Agama Islam (PAI) Award 2024 untuk kategori Pendampingan Kelompok Rentan, memiliki misi mulia. Ia berjuang memberikan pendidikan Al-Qur’an kepada anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) yang mengalami tunanetra, tuli, dan berbagai keterbatasan lainnya. Melalui dedikasinya, Rusman menunjukkan betapa inklusifnya pendidikan agama dapat menjadi sarana untuk merangkul semua kalangan tanpa diskriminasi.
“Setiap anak memiliki cara belajar yang unik, dan saya harus menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan masing-masing,” kata Rusman kepada wartawan, Sabtu (24/8/2024) di Jakarta. Perjalanan Rusman tak selalu mudah, namun semangat empatinya terhadap ABK mendorongnya untuk menemukan cara-cara inovatif dalam menyampaikan materi keagamaan yang efektif dan dapat dipahami.
Usaha Rusman diawali dari ketulusannya untuk memastikan bahwa ABK juga bisa mendalami Al-Qur’an dengan cara yang sesuai dengan keterbatasan mereka. Di antara metodenya adalah penggunaan Al-Qur’an Braille bagi tunanetra dan pengajaran bahasa isyarat yang dipadukan dengan pendampingan lisan bagi yang mengalami gangguan pendengaran.
“Saya pernah ditolak ketika mendaftar kursus bahasa isyarat karena hanya dibuka untuk pelayan masyarakat. Namun, saya tak menyerah dan terus berusaha hingga akhirnya diterima,” ujar Rusman. Keberhasilannya tidak hanya dilihat dari jumlah surat Al-Qur’an yang berhasil dihafal oleh anak-anak ABK ini, tetapi juga dari bagaimana mereka dapat menerapkan nilai-nilai Islam dalam keseharian, meski memiliki keterbatasan fisik.
Melalui dedikasi dan kegigihannya, Rusman Edi membuktikan bahwa pendidikan agama dapat diakses oleh siapa pun, tanpa batas fisik ataupun mental. Ia terus menegaskan bahwa setiap individu, tak peduli kondisi fisiknya, berhak untuk belajar dan memahami ajaran agama dengan sebaik-baiknya.