Mahasiswa UMM Ciptakan Bisnis Telur Puyuh Rendah Kolesterol
![empat mahasiswa dari program studi Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mengembangkan inovasi dalam budidaya telur](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/06/22JuniIF-Mahasiswa-UMM-Kembangkan-Bisnis-Telur-Puyuh-Rendah-Kolesterol-1024x585.jpg)
empat mahasiswa dari program studi Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mengembangkan inovasi dalam budidaya telur
INFOFILANTROPI.COM, Kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat semakin meningkat seiring dengan meluasnya informasi tentang kesehatan dan gizi. Di tengah tren ini, empat mahasiswa dari program studi Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mengembangkan inovasi dalam budidaya telur burung puyuh rendah kolesterol.
Tim yang terdiri dari Delisa Rezi Meirawati, Agus Muhaimin, Nuranisa, dan Salsabilla Putri Priyandani, lolos dalam Program Pengembangan Mahasiswa Wirausaha (P2MW). Mereka menciptakan solusi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam telur burung puyuh dengan menggunakan tepung kunyit sebagai tambahan pakan.
Delisa, ketua tim, menjelaskan bahwa burung puyuh dipilih karena memiliki beberapa keunggulan. Pertama, burung puyuh memiliki siklus produksi yang cepat dan efisien, memungkinkan produksi telur yang stabil dalam waktu singkat. “Kedua, telur puyuh dikenal kaya nutrisi, namun tantangan utamanya adalah mengurangi kadar kolesterol untuk menjadikannya lebih sehat,” ujarnya.
Inovasi utama dalam usaha ini adalah penggunaan tepung kunyit sebagai tambahan pakan burung puyuh. Tepung kunyit dipilih karena kaya akan antioksidan dan memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah tinggi. Tepung kunyit ini dibuat dari kunyit yang dihaluskan menjadi bubuk, kemudian dicampurkan dengan perbandingan 50 kg pakan komersial dan 500 g kunyit bubuk.
“Untuk memastikan hasilnya, kami membeli pullet burung puyuh berusia 3-4 minggu atau yang sudah siap bertelur. Kemudian, pakan yang dicampur dengan tepung kunyit diberikan pada hari ketujuh setelah pullet tersebut datang,” ungkap Delisa, mahasiswa angkatan 2020.
Selanjutnya, untuk memastikan efektivitas inovasi mereka, keempat mahasiswa ini melakukan pengujian di Laboratorium Biomedik UMM. Mereka membandingkan telur hasil produksi mereka dengan telur puyuh yang dijual di pasaran. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa telur burung puyuh yang dihasilkan memiliki kadar kolesterol lebih rendah dibandingkan dengan telur puyuh konvensional.
“Kami yakin peternak dan masyarakat dapat mengadopsi praktik ini dengan memberikan tepung kunyit pada pakan burung puyuh sejak usia lima minggu. Meskipun penelitian lebih rinci masih diperlukan, hasil pengamatan kami menunjukkan kadar kolesterol yang lebih rendah,” tandas Delisa.
Menariknya, pengembangan usaha ini dilakukan di Desa Sidodadi, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada ketiadaan peternak burung puyuh di daerah tersebut, sehingga peluang untuk mengembangkan budidaya burung puyuh sangat besar.
Kesuksesan kelompok ini juga didukung oleh Bayu Etty Tri Adiyastiti, S.Pt, M.Si., dosen Peternakan UMM sekaligus dosen pembimbing lapangan. Dari persiapan hingga pelaksanaan proyek, termasuk pelatihan startup digital dan sesi pembinaan bulanan, peran aktif beliau sangat penting.
Terakhir, tim mahasiswa ini berharap budidaya burung puyuh rendah kolesterol dapat meningkatkan produksi telur dan daging burung puyuh di Indonesia. “Kami melihat usaha ini tidak hanya dari sisi bisnis, tetapi juga dari dampak sosial yang dapat dihasilkan. Dengan meningkatkan produksi burung puyuh, kami berharap dapat membantu kesejahteraan peternak lokal,” pungkas Delisa. umm.ac.id