Manasik Haji Nasional Pecahkan Rekor MURI, Kemenag Cetak Sejarah dengan 140 Ribu Peserta

Manasik Haji Nasional Pecahkan Rekor MURI, Kemenag Cetak Sejarah dengan 140 Ribu Peserta

INFOFILANTROPI.COM, Jakarta – Sebuah pencapaian luar biasa berhasil ditorehkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) melalui pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji Nasional 2025. Kegiatan ini sukses digelar secara hybrid dan berhasil mencatatkan rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI), sebagai bimbingan manasik haji dengan peserta terbanyak.

Acara yang berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Sabtu (19/4), ini dihadiri langsung oleh 1.500 peserta. Sementara itu, lebih dari 141.000 calon jemaah haji lainnya mengikuti kegiatan ini secara daring dari lebih dari 500 titik di seluruh penjuru Indonesia. Jumlah peserta yang mencapai 142.639 ini menjadi bukti nyata antusiasme luar biasa masyarakat dalam menyambut ibadah haji tahun ini.

Dalam sambutannya, Menteri Agama RI Nasaruddin Umar mengajak seluruh jemaah untuk memaknai manasik haji sebagai lebih dari sekadar pemahaman fiqih. Ia menekankan pentingnya menghidupkan dimensi spiritual dan kesadaran ruhani dalam setiap ritual ibadah haji.

“Tidak semua haji yang maqbul itu mabrur. Tapi yang mabrur, sudah pasti maqbul,” ujar Menag. Menurutnya, haji yang membawa perubahan karakter, menumbuhkan ketulusan hati, dan meningkatkan empati sosial adalah haji yang sejati—itulah yang disebut mabrur.

Tahun ini menjadi sangat istimewa karena ibadah haji bertepatan dengan Haji Akbar, yakni saat wukuf di Arafah jatuh pada hari Jumat. Momentum langka ini diyakini memiliki keutamaan yang luar biasa, bahkan setara dengan 70 kali haji biasa. Menag pun mengajak jemaah untuk memanfaatkan momen mulia tersebut dengan memperbanyak doa, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga, bangsa, dan umat manusia.

Dalam ceramahnya yang penuh makna, Nasaruddin juga mengaitkan ibadah haji dengan misi kekhalifahan manusia sebagaimana tertuang dalam Surat Al-Baqarah ayat 30. Ia mengajak para jemaah untuk memahami bahwa perjalanan haji adalah dialog spiritual antara manusia dengan Sang Khalik. Bahkan, iblis pun terlibat dalam dialog ilahi, meskipun menolak perintah Allah. Namun yang membedakan manusia adalah kemampuan untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.

“Allah mencintai dialog. Maka, setelah pulang dari Tanah Suci, jangan takut berdialog dengan siapa pun. Itulah tradisi ilahiah yang mulia,” tegas Menag.

Ia juga membagikan kisah tentang Kakbah sebagai rumah tobat pertama di bumi yang dibangun di Bakkah. Kakbah merupakan representasi dari Baitul Ma’mur di langit ketujuh, tempat para malaikat bertawaf. Menurutnya, ritual tawaf manusia adalah refleksi dari gerakan malaikat yang penuh kesucian, sebagai bentuk penyatuan diri dengan pusat spiritualitas semesta.

“Hajar Aswad dulunya batu putih, tapi berubah karena dosa manusia. Kini tinggal tujuh serpihan seukuran biji kemiri, tapi nilainya tetap agung,” ujarnya. Ia juga menyampaikan pemikiran Ibnu Arabi dari Futuhat al-Makkiyah bahwa pahala 100.000 kali lipat tak hanya berlaku di area Kakbah, tetapi mencakup seluruh wilayah Tanah Haram.

Acara megah ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Wakil Kepala BPH Dahnil Anzar Simanjuntak, Dirjen PHU Hilman Latief, Dirjen SDM Kesehatan Yuli Farianti, Plt. Dirut BSI Bob T. Ananta, serta jajaran pejabat Kemenag dari seluruh Indonesia.

Dengan kesuksesan bimbingan manasik nasional ini, diharapkan seluruh jemaah haji Indonesia tak hanya siap secara syar’i, tapi juga mampu menjadikan haji sebagai titik balik kehidupan—menuju pribadi yang lebih matang secara spiritual, lebih lembut dalam akhlak, dan lebih luas dalam kepedulian sosial, terlebih di tengah berkahnya tahun Haji Akbar yang langka dan penuh kemuliaan ini.