Merekam Jejak Hari Buruh dari Sudut Pesantren: BR3T Santri BQ

INFOFILANTROPI.COM, BANDUNG — Di luar lingkungan Pesantren Daarut Tauhiid, pada Kamis pagi, 1 Mei 2025, hiruk-pikuk peringatan Hari Buruh menggema di berbagai penjuru kota. Spanduk-spanduk tuntutan berkibar, suara pengeras memenuhi jalanan, dan massa bergerak menyuarakan aspirasi. Namun, di dalam kawasan pesantren, suasana justru tenang namun penuh semangat. Para santri Baitul Qur’an (BQ) Daarut Tauhiid—dari asrama DN, Daim, Damukh, hingga Damus—melangkah ke luar kamar mereka bukan untuk berorasi, melainkan untuk berkontribusi.
Pagi itu, selepas salat Dhuha, para santri memulai kegiatan BR3T (Bersih, Rapi, Tertib, Teratur, dan Terpelihara). Dengan sapu, serok, dan semangat, mereka membersihkan asrama dan lingkungan sekitar. Jalan setapak yang biasa dilalui jemaah, taman-taman kecil di dekat masjid, hingga sudut-sudut area wakaf yang kadang luput dari pandangan, menjadi ladang amal yang mereka rawat dengan hati.
Di saat sebagian besar buruh turun ke jalan untuk memperjuangkan hak mereka, para santri ini memilih memperjuangkan kebersihan dan keteraturan tempat tinggal mereka. Sebuah bentuk pengabdian sunyi yang tak kalah bermakna. Bagi mereka, memakmurkan aset wakaf Daarut Tauhiid bukan sekadar tugas, tetapi bagian dari cita-cita besar membumikan Al-Qur’an di bumi wakaf ini.
“Mudah-mudahan ini menjadi jalan semakin berkah unit BQ dan Lembaga Dakwah & Tarbiyah, serta menjadi wasilah dibukakan jalan keluar atas segala urusan kita semua,” tutur Naila, salah seorang pengajar tahsin dan tahfizh di BQ Daarut Tauhiid.
Kegiatan BR3T ini bukan hanya rutinitas, tapi pembiasaan tanggung jawab. Mereka menyapu bukan hanya debu di lantai, tapi juga rasa malas yang kerap datang. Mereka menata bukan hanya sandal di rak, tapi juga niat yang perlu diluruskan setiap hari. Di balik kerja-kerja fisik itu, ada kerja batin yang lebih dalam.
Usai kegiatan BR3T, para santri kembali ke kelas masing-masing untuk mengikuti KBM Qur’ani, yang saat ini memasuki pekan ujian Ulumuddin dan sesi remedial. Meski lelah, mereka tetap antusias. Mereka tahu, ilmu yang mereka gali hari ini bisa menjadi penerang jalan di masa depan. Sementara di luar sana, banyak yang berjuang keras demi keadilan ekonomi, para santri ini berjuang dalam diam, menata diri, menata lingkungan, dan menata hati. Semua demi keberkahan hidup dan keberlangsungan aset wakaf di Daarut Tauhiid.
Tak ada sorotan media besar, tak ada gemuruh yel-yel, tapi dari sudut asrama yang bersih dan tertib, sebuah gerakan perubahan sedang tumbuh. Perlahan namun pasti. (Cahya) [ ]
Dok foto: Daarut Tauhiid