Persaingan Dunia Angkatan Kerja Kian Ketat, HC Academy Bantu Lulusan Baru Bangun Portofolio Asesmen

INFOFILANTROPI.COM, JAKARTA — Dunia kerja Indonesia kembali bergeliat pasca-Lebaran. Fenomena musiman berupa gelombang pengunduran diri karyawan merebak di berbagai sektor, bersamaan dengan melonjaknya jumlah angkatan kerja baru. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam satu tahun terakhir, jumlah angkatan kerja bertambah hampir 3,7 juta orang. Namun, daya serap pasar kerja hanya mampu mengakomodasi sekitar 3,59 juta orang, menciptakan lebih dari 80 ribu pengangguran baru. Kini, total angka pengangguran nasional mencapai 7,28 juta jiwa atau 4,76 persen dari total angkatan kerja.
Di tengah kompetisi yang makin sengit, posisi entry-level menjadi medan perebutan jutaan lulusan baru dari berbagai bidang keilmuan. Sayangnya, di balik seremoni wisuda dan gelar akademik, banyak lulusan—termasuk dari jurusan Psikologi dan Sumber Daya Manusia (SDM)—belum benar-benar siap menghadapi tantangan nyata di dunia profesional. Meski menguasai teori, tak sedikit yang kesulitan dalam aspek praktis seperti berpikir kritis, berkomunikasi antar tim, hingga beradaptasi dengan cepat di lingkungan kerja yang dinamis.
Merespons tantangan ini, para praktisi karier mendorong lulusan baru untuk tidak hanya mengejar lowongan pekerjaan, melainkan aktif membangun portofolio dan pengalaman riil. Program magang, proyek kolaboratif, hingga pendampingan profesional dinilai sebagai langkah strategis untuk menjembatani kesenjangan antara kampus dan dunia kerja.
Salah satu inisiatif yang mendapat perhatian adalah HC Academy, sebuah program pelatihan berbasis praktik yang dirancang khusus untuk meningkatkan kesiapan kerja lulusan baru, terutama di bidang Psikologi dan SDM. Melalui pendekatan simulasi kerja dan pendampingan intensif, program ini menawarkan pelatihan menyusun laporan asesmen, observasi perilaku, serta mentoring personal dengan psikolog berpengalaman.
“Ini bukan soal malas, tetapi soal belum siap,” ujar Kartika Amelia, praktisi HR sekaligus fasilitator HC Academy. Ia menegaskan, banyak lulusan paham teori asesmen dan observasi, namun belum pernah merasakan langsung tantangan menyusun laporan atau menyampaikan rekomendasi dalam forum profesional.
“Mereka tahu konsepnya, tapi belum pernah merasakan tekanan presentasi di depan manajer HR,” imbuhnya.
Setiap sesi pelatihan di HC Academy dilengkapi dengan umpan balik konstruktif dan refleksi mendalam, guna memperkuat pemahaman dan meningkatkan kesiapan peserta. Model pelatihan seperti ini bukan hanya pelengkap, melainkan pembeda yang signifikan—antara mereka yang hanya siap belajar dan mereka yang benar-benar siap bekerja.
Di era digital dan sistem kerja hybrid seperti sekarang, kompetensi tambahan seperti menguasai alat asesmen daring, menganalisis data perilaku, dan menyampaikan insight berbasis data menjadi nilai tambah yang sangat dicari dunia industri.
Transformasi industri dan disrupsi teknologi menuntut kesiapan yang tak bisa ditunda. Tanpa harus menunggu sistem berubah, setiap individu dapat memulai dari diri sendiri—dengan mengasah keterampilan, memperluas wawasan, dan membangun kesiapan mental untuk menghadapi dunia kerja yang terus berkembang.
Sebab pada akhirnya, dunia kerja tidak hanya membutuhkan mereka yang paling pintar, tetapi mereka yang paling siap.