Rindu yang Terjawab, Langkah yang Berarti: Ismail di Dome Central V

dom1

INFOFILANTROPI.COM, BANDUNG — Pagi itu, langit belum sepenuhnya cerah ketika Ismail, seorang santri karya Daarut Tauhiid (DT), melaju terburu-buru dari Kiaracondong, Bandung. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.35, lima menit terlambat dari jadwal dimulainya Tausiyah Santri Karya di di Dome Central V.

Macet yang tak terhindarkan tidak mampu menyurutkan semangat Ismail. Baginya, hari itu bukan sekadar Jumat biasa. Tapi hari ketika ia kembali menemukan atmosfer yang begitu ia rindukan: kebersamaan dalam dakwah dengan keluarga besar DT.

Setibanya di Dome Central V, Ismail langsung bergabung di antara ratusan santri karya lain yang telah duduk rapi menyimak tausiyah dari KH. Abdullah Gymnastiar, (Aa Gym). Suasana penuh khidmat dan kekeluargaan terasa mengalir hangat di udara.

Tausiyah kali ini terasa istimewa. Bukan hanya karena momen setelah Ramadhan, tapi karena acara juga menjadi ajang halal bihalal yang mempererat ukhuwah dan cinta sesama santri karya.

“Telat sedikit, tapi alhamdulillah masih kebagian energi kebaikan yang luar biasa,” ujar Ismail sambil tersenyum. “Suasana seperti ini sangat saya rindukan,” lanjutnya.

Adapun yang membuat acara ini semakin bermakna adalah tempat di mana semuanya berlangsung: Dome Central V. Salah satu bangunan megah dan multifungsi di kawasan DT.

Tak banyak yang tahu bahwa bangunan ini adalah aset wakaf. Berdiri di atas tanah wakaf yang dikelola dengan penuh amanah dan profesional oleh Wakaf DT. Bangunan ini bukan hanya memiliki fisik yang kokoh, tetapi juga representasi nyata dari kemakmuran dan keberkahan wakaf. Di sinilah ribuan aktivitas dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan terus berlangsung, membawa manfaat luas bagi umat.

Aa Gym menyampaikan pesan-pesan yang menyejukkan hati tentang menjadikan setiap aktivitas di tanah wakaf ini sebagai bagian dari ibadah. Setiap kata yang terucap bukan hanya menambah ilmu, tapi juga menguatkan semangat para santri karya yang sehari-harinya menjadi tulang punggung berbagai lini di DT.

Setelah tausiyah berakhir sekitar pukul 09.00 pagi, acara dilanjutkan dengan musafahah — saling bersalaman, bermaafan, dan menyatukan hati dalam bingkai ukhuwah islamiyah. Tangan-tangan bersambut, senyum-senyum mengembang, dan suasana menjadi hangat seperti keluarga yang lama tak bertemu.

DT juga menyediakan aneka kue lebaran yang menambah keakraban dalam obrolan ringan dan tawa yang mengalir tanpa dibuat-buat. Bagi Ismail, momen ini bukan sekadar rutinitas pasca-Ramadhan, tapi sebuah ruang untuk mengisi kembali energi batin, menguatkan niat, dan merajut kembali rasa memiliki terhadap misi besar Daarut Tauhiid.

“Ini bukan sekadar tausiyah. Ini seperti oase di tengah padatnya aktivitas. Saya bersyukur bisa hadir, meski harus berjuang dari Kiaracondong. Semua terbayar lunas,” kata Ismail, menatap langit yang kini lebih cerah dari saat ia berangkat.

Dari Dome Central V — bangunan penuh keberkahan yang lahir dari semangat wakaf — ratusan santri karya tak hanya belajar ilmu, tapi juga meneguhkan cinta dan komitmen pada jalan dakwah. Dan di DT, kebersamaan seperti ini bukan hanya kenangan, tapi tradisi yang terus dirawat dengan cinta. (Cahya)

Dok foto: Daarut Tauhiid