Santri MA Al Quran Hidayatullah Bandung Lulus Ujian Tahfizh Terbuka

Ujian Tahfizh Al Quran

Para santri MA Al Quran Hidayatullah Bandung (duduk) melakukan sesi foto bersama dengan dewan penguji dan pengurus ( berdiri) / foto: dok.istimewa

INFOFILANTROPI.COM, BANDUNG – – Madrasah Aliyah (MA) Al Quran Hidayatullah Bandung berhasil menyelenggarakan evaluasi pembelajaran tahfizh melalui munaqosah atau ujian terbuka yang berlangsung di Rumah Quran Simaryam, Kota Bandung. Kegiatan yang diselenggarakan pada Kamis (29/5/2025) kemarin ini melibatkan sembilan santri dengan berbagai tingkat capaian hafalan Al Quran dan disaksikan langsung oleh para wali santri.

 

Pelaksanaan ujian tahfizh ini merupakan bagian integral dari proses evaluasi akhir pembelajaran yang dirancang untuk mengukur pencapaian target hafalan Al Quran para santri, khususnya mereka yang berada di tingkat akhir pendidikan. Kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai penilaian akademis, tetapi juga sebagai momentum penting dalam perjalanan spiritual para calon lulusan.

 

Ustadz Andi Ahmad Suhendar, yang menjabat sebagai Penanggung Jawab Rumah Quran Simaryam sekaligus Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Hidayatullah Jawa Barat, menyampaikan sambutan yang memberikan konteks penting tentang makna kegiatan ini. Dalam arahannya, beliau menekankan bahwa ujian ini merupakan culimasi dari proses pembelajaran yang telah dijalani para santri selama masa pendidikan mereka.

 

“Ini merupakan rangkaian dari pembelajaran di pesantren khususnya bagi santri kelas 12 yang sebentar lagi akan selesai dan melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” ungkap Ustadz Andi di hadapan para santri dan wali santri yang hadir menyaksikan.

 

Pernyataan ini mencerminkan posisi strategis ujian tahfizh sebagai jembatan transisi antara fase pendidikan di pesantren dengan persiapan menghadapi tantangan pendidikan tinggi serta kehidupan bermasyarakat yang akan mereka hadapi selanjutnya.

 

Dalam pesannya yang penuh makna, Ustadz Andi menekankan bahwa ujian tahfizh bukanlah titik akhir dari perjalanan menghafal Al Quran, melainkan milestone yang harus dimaknai sebagai awal dari komitmen jangka panjang. Beliau secara khusus memberikan arahan yang berbeda sesuai dengan capaian masing-masing santri.

 

“Bagi santri yang belum 30 juz silakan lanjutkan dan bagi yang sudah hafal 30 juz terus dipertahankan dan utamanya diamalkan,” pesannya dengan penuh harapan.

 

Pesan ini mengandung dimensi pedagogis yang mendalam, di mana proses menghafal Al Quran tidak dipandang sebagai target yang harus dicapai dalam waktu tertentu, tetapi sebagai komitmen berkelanjutan yang harus dipelihara seumur hidup. Bagi santri yang belum mencapai target 30 juz, mereka didorong untuk melanjutkan proses hafalan bahkan setelah menyelesaikan pendidikan formal di pesantren.

 

Aspek yang tidak kalah penting dalam arahan Ustadz Andi adalah penekanan pada implementasi praktis dari hafalan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari. Beliau menekankan pentingnya menjaga dan mengamalkan akhlak Al Quran, tidak hanya selama masa pendidikan di pesantren, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat setelah lulus.

 

“Selain itu, sambung ustadz Andi, para santri diharapkan tetap harus menjaga dan mengamalkan akhlak Al Quran baik selama di pondok dan nanti setelah selesai di pesantren atau terjun di masyarakat,” tegasnya.

 

Pesan ini kemudian diperkuat dengan harapan yang lebih komprehensif tentang peran para lulusan sebagai representasi dari nilai-nilai Al Quran di tengah masyarakat. “Meski nanti setelah lulus tidak lagi menjadi santri akan tetapi harus menunjukkan diri dengan akhlak yang mulia sebagai generasi qurani,” tandas Ustadz Andi.

 

Terminologi “generasi qurani” yang digunakan mencerminkan visi pendidikan pesantren yang tidak hanya fokus pada aspek kognitif hafalan, tetapi juga pembentukan karakter yang mencerminkan nilai-nilai Al Quran dalam seluruh aspek kehidupan.

 

Dalam kesempatan yang sama, Ustadz Andi menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam mendukung proses pendidikan para santri. Ucapan terima kasih ini disampaikan baik secara personal maupun kelembagaan, mencerminkan semangat kolaboratif dalam penyelenggaraan pendidikan pesantren.

 

“Secara pribadi maupun kelembagaan ijin kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak para guru dan ustadz, santri , orangtua, para donatur khususnya pak Haji Sirajuddin Mahmud atas supportnya hingga kegiatan belajar di Rumah Quran Simaryam ini dapat berjalan dengan lancar, semoga kerja sama ini terus berkelanjutan dan berharap keberkahan dari Allah Ta’ala,” pungkasnya.

 

Apresiasi khusus disampaikan kepada Haji Sirajuddin Mahmud menunjukkan peran penting para donatur dalam mendukung keberlanjutan pendidikan tahfizh Al Quran, yang memerlukan dukungan finansial yang konsisten untuk memfasilitasi proses pembelajaran yang optimal.

 

Pelaksanaan ujian tahfizh diselenggarakan dengan sistem terbuka yang memungkinkan transparansi dalam proses penilaian. Dewan penguji dipimpin oleh Ustadz Hasan Abdullah Alhafizh, yang memiliki kredibilitas dalam bidang tahfizh Al Quran. Sembilan santri yang mengikuti ujian menunjukkan variasi capaian hafalan yang cukup beragam, mencerminkan individualitas dalam proses pembelajaran.

 

Data capaian hafalan para santri menunjukkan spektrum yang luas: Abdul Rohim asal Pesawaran Lampung dengan 15 juz, Ali Fasya Izzuddin asal Cibiru Bandung yang telah mencapai 30 juz , Azka Muthahhari Al Akid asal Pacet Bandung dengan 5 juz, Doni Andrean asal Lampung Tengah dengan 5 juz, Febri Abdi Setia asal Soreang Bandung yang juga telah menyelesaikan 30 juz, Fahri Rahman Kota Dumai Riau dengan 5 juz, Fairuz Mubarok Rojabi asal Rancaekek Bandung dengan 15 juz, Muhammad Luthfi Ramadhan asal Cimenyan Bandung 7 juz, dan Ridwan Maulana asal Mukomuko Bengkulu dengan 2 juz.

 

Keberagaman capaian ini mencerminkan pendekatan pendidikan yang mengakomodasi kemampuan individual setiap santri, di mana pencapaian tidak diukur secara uniform tetapi disesuaikan dengan kapasitas dan progres masing-masing siswa.

PEsantren Mahasiswa

Komponen ujian tahfizh dirancang secara komprehensif untuk menguji berbagai aspek penguasaan Al Quran. Materi ujian meliputi tes sambung ayat yang menguji kemampuan kontinuitas hafalan, kemampuan menjawab nama surat yang menguji penguasaan struktur Al Quran, tes menjawab ayat spesifik, identifikasi juz, penentuan posisi ayat dalam struktur surat, hingga kemampuan menjawab halaman tertentu.

 

Variasi materi ujian ini menunjukkan pendekatan holistik dalam penilaian, di mana tidak hanya aspek hafalan yang diuji, tetapi juga pemahaman struktural dan navigasi dalam Al Quran. Hal ini penting untuk memastikan bahwa hafalan yang dimiliki santri tidak hanya bersifat mekanis, tetapi juga disertai dengan pemahaman yang mendalam tentang Al Quran.

 

Hasil ujian menunjukkan pencapaian yang membanggakan, di mana seluruh santri yang mengikuti ujian berhasil menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh dewan penguji dan dinyatakan lulus. Pencapaian ini mencerminkan kualitas pembelajaran dan bimbingan yang telah diberikan selama proses pendidikan di MA Al Quran Hidayatullah Bandung.

 

Keberhasilan ini juga menunjukkan komitmen dan dedikasi para santri dalam menjalankan proses pembelajaran tahfizh Al Quran yang memerlukan disiplin tinggi dan konsistensi dalam jangka waktu yang panjang. [ ]