Wakaf Goes To Pesantren Perdana: Ketua BWI Paparkan Kemajuan Wakaf Nasional
![20OKTBUIF-BWIWakafPesantren](https://infofilantropi.com/wp-content/uploads/2024/10/20OKTBUIF-BWIWakafPesantren.png)
Dok. BWI
INFOFILANTROPI.COM, Probolinggo – Dalam upaya meningkatkan sosialisasi, literasi, dan edukasi tentang wakaf produktif di kalangan pesantren, Badan Wakaf Indonesia (BWI) melalui Divisi Humas, Sosialisasi, dan Literasi (Husoli) menggelar program Wakaf Goes To Pesantren (WGTP) yang pertama kalinya diadakan di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada Rabu (16/10/2024).
Acara WGTP ini dibuka langsung oleh Ketua BWI, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin. Dalam sambutannya, Ketua Divisi Husoli BWI, Dr. Agus Priyatno, menjelaskan mengapa pesantren menjadi salah satu fokus utama dalam upaya peningkatan literasi wakaf.
“Di Indonesia terdapat sekitar 43.000 pesantren, dan 22% di antaranya berada di Jawa Timur, atau sekitar 13.000 pesantren. Namun, potensi wakaf yang ada di pesantren-pesantren tersebut belum dikelola secara optimal,” ungkapnya.
Untuk mendukung program ini, BWI telah menyediakan instrumen digital berupa aplikasi wakaf uang yang diharapkan dapat mempermudah pengelolaan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berwakaf.
Sekretaris BWI, Anas Nasikhin, juga memberikan apresiasi kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid yang menjadi perintis gerakan Indonesia Berwakaf di lingkungan pesantren. “Nurul Jadid, sesuai dengan artinya sebagai ‘Cahaya Baru’, hari ini menjadi pionir dalam menggerakkan wakaf di Indonesia,” ucapnya.
Sejarah panjang Pondok Pesantren Nurul Jadid, menurut Anas, telah menunjukkan peran aktif dalam pengembangan masyarakat, salah satunya melalui pendirian Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat.
Pada kesempatan yang sama, Ketua BWI, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, mengajak seluruh elemen pesantren untuk bergerak cepat dalam mendukung keberhasilan program wakaf ini. Ia menekankan pentingnya integrasi wakaf dalam pembangunan nasional. “Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024-2029, keuangan sosial seperti zakat dan wakaf telah kami masukkan sebagai salah satu prioritas utama dalam pembangunan agama,” jelasnya.
Prof. Kamaruddin juga menyampaikan bahwa penguatan literasi wakaf akan dimulai dari pesantren, dengan membentuk karakter santri agar wakaf menjadi bagian dari gaya hidup filantropi. “Cita-cita kita adalah menjadikan berwakaf sebagai gaya hidup, terutama bagi anak muda. Ini bukan tentang mampu atau tidak, tapi lebih pada apakah mereka tahu dan memiliki fasilitas untuk melakukannya,” tegasnya.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid, menyatakan komitmennya untuk mendukung percepatan perkembangan wakaf sebagai salah satu pilar dalam pengembangan ekonomi masyarakat. “Pesantren kami, melalui unit Laziskaf, sudah memulai gerakan wakaf dan siap menjadi bagian dari gerakan nasional ini. Kegiatan ini sangat penting dalam mendorong wakaf sebagai kontribusi nyata bagi masyarakat,” ujar KH. Abdul Hamid Wahid.
Dengan terselenggaranya Wakaf Goes To Pesantren di Nurul Jadid, diharapkan semakin banyak pesantren yang turut aktif dalam memajukan literasi dan pengelolaan wakaf untuk kepentingan umat.